Gelar Rakernas, Jamiyah Ruqyah Aswaja Sebut Miliki 25 Ribu Praktisi
NU Online · Senin, 24 Agustus 2020 | 06:00 WIB
Muhammad Aiz Luthfi
Kontributor
Buleleng, NU Online
Jamiyah Ruqyah Aswaja (JRA) hingga saat ini sudah memiliki 25 ribu orang praktisi yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Para anggota sudah digembleng dan direkrut melalui berbagai pelatihan yang rutin digelar di beberapa daerah di tanah air.
"Alhamdulillah dari tahun ke tahun JRA semakin berkembang bahkan jika tidak berlebihan JRA adalah satu-satunya komunitas ruqyah terbesar di dunia yang anggotanya lebih dari 25 ribu," ujar Ketua Dewan Pembina sekaligus Mu'jiz Jamiyah Ruqyah Aswaja, KH Allamah Alaudin Shiddiqi.
Pernyataan itu disampaikannya pada kegiatan penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II yang digelar di Buleleng, Bali. Sabtu (23/8).
Dalam Rakernas yang dihadiri 11 Pengurus Wilayah JRA ini dan perwakilan Lembaga Dakwah (LD) PBNU ini, Gus Amma mengingatkan kepada para peserta untuk selalu ikhlas dan istiqamah berdakwah melalui ruqyah dan berpesan agar tidak takut dengan sihir, santet, teluh, dukun, dan sejenisnya.
"Karena hal itu merupakan bagian dari upaya setan dalam mengganggu dan menakuti manusia. Siapa yang masih takut dengan santet, lepaskanlah logo JRA," tegasnya.
Dikatakan, manusia yang masih takut dengan santet, sihir, dan sejenisnya adalah dampak dari lemahnya iman kepada Allah karena dalam surat Ali Imran ayat 175 sudah dijelaskan bahwa 'Sesungguhnya mereka itu tidak lain adalah setan dengan kawan-kawannya yang menakut-nakuti kamu, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar beriman'.
"Maka jika kalian tidak mukmin pasti takut kepada setan dan sekutunya,"imbuhnya.
Gus Amma pun mengimbau kepada para praktisi JRA untuk mengenalkan ruqyah kepada masyarakat dengan senyum gembira sebagaimana slogan JRA yang selalu disampaikan di setiap pelatihan; jin itu lucu, imut-imut, dan gemesin.
"Kita perbanyak untuk menggembirakan umat Rasulullah dan jangan kita buat ruqyah ini menjadi sesuatu yang menyeramkan," tambahnya.
Sebab lanjut Gus Amma, ketika ruqyah dikenalkan dengan sesuatu yang ganas dan menyeramkan, maka masyarakat akan sulit memahami dan meyakini Firman Allah dalam surat Annisa ayat 76: inna kaida sy-syaithani kana dha'ifa (Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah).
"Nanti orang tidak meyakini inna kaida sy-syaithani kana dha'ifa gara-gara kamu selalu mengenalkan ruqyah dengan santet yang ganas, kuat, tingkat tinggi," katanya.
Dalam kegiatan Rakernas yang mengusung tema 'JRA Kembali ke Khittah Ruqyah adalah Obat Pertama dan Utama Bagi Makhluk yang Sakit' dihadiri Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Agus Salim HS yang menegaskan bahwa JRA merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama.
"Jamiyah Ruqyah Aswaja (JRA) yang selama ini terus berkembanag ke seluruh pelosok Indonesia adalah bagian dari Nahdlatul Ulama," ungkapnya.
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua