Nasional

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa Temui Wapres

Sel, 3 Maret 2020 | 11:45 WIB

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa Temui Wapres

Pertemuan Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa Bertemu Wapres KH Maruf Amin. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Saat bertemu dengan Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (2/3), Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin meminta pihak universitas membenahi kampusnya masing-masing terutama terkait tentang penyebaran ideologi kebangsaan.
 
Usai pertemuan, Koordinator Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa Prof Karomani mengungkapkan bahwa isu yang muncul saat ini, ada gejala radikalisme di kampus. Menurutnya jika tidak ada langkah untuk membenahi kampus dari paham-paham ini, maka bahaya akan mengancam.
 
Menurut Rektor Universitas Lampung ini, perguruan tinggi yang menjadi tempat mencetak para generasi berkualitas tidak boleh terpapar oleh paham radikal. Tidak ada cara lain kecuali dilakukan penguatan ideologi kebangsaan dan moderasi dalam beragama pada mahasiswa. 
 
"Para alumni ke depannya akan menempati posisi-posisi penting dalam institusi negara. Jadi mereka tidak boleh terpapar paham radikal," katanya kepada NU Online melalui sambungan telepon, Senin (2/3) malam.
 
Menyadari hal ini, para rektor pun berinisiatif membentuk forum yang baru dibentuk satu bulan lalu dan saat ini sudah ada 30 rektor dari universitas negeri yang bergabung. Forum ini, lanjutnya, akan melakukan langkah straregis dengan melibatkan segenap unsur kampus termasuk para mahasiswanya.
 
Prof Karomani pun mengungkapkan salah satu faktor tingginya angka persentasi mahasiswa yang ikut dalam gerakan radikal di perguruan tinggi di Indonesia disebabkan karena salah asuh yang sudah sejak lama terjadi. 
 
"Saya kira itu bukan persoalan siapa pemimpin perguruan tingginya tapi terjadi salah asuh sedemikian lama dan baru sekarang kita sadari fenomena itu," katanya.
 
Ia menilai harus ada upaya konkret dan sistematis sekaligus solusi dari fenomena ini dalam rangka mengembalikan para mahasiswa tersebut ke jalan yang benar, baik dari sisi kelembagaan masing-masing perguruan tinggi maupun stakeholder terkait. 
 
Mahasiswa serta pelajar, tambahnya, merupakan sasaran empuk kelompok-kelompok intoleran dan radikal dalam rangka menyusupkan ideologi radikal. Hal itu karena di usia-usia inilah para mahasiswa dan pelajar tengah mencari bentuk jati diri dan masih labil kejiwaannya. 
 
"Yang perlu diperhatikan oleh semua pihak terutama pada masa peralihan dari SLTA ke perguruan tinggi," ujarnya. 
 
Sebelumnya Profesor Ilmu Komunikasi ini juga mengungkapkan mengapa paham-paham radikal sampai saat ini terus muncul, hal ini karena tidak punya aturan safety (keamanan) untuk kepentingan itu seperti negara lain semisal Malaysia. 
 
Di Malaysia menurutnya ada ISA (Internal Security Act) yang melindungi keamanan Malaysia dan menangani permasalahan radikalisme. Di Malaysia tidak sembarang orang bisa dakwah di masjid dan diawasi betul-betul. 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan