Doktor Saudi: Sarungnya Santri Indonesia Juga Sunnah
NU Online · Ahad, 13 Agustus 2017 | 08:30 WIB
Pesantren Darus-Sunnah, salah satu di antara sedikit pesantren yang fokus pada kajian hadits secara mendalam, kembali mengadakan Majilis Sima’ Hadis al-Muwattha’ karya Imam Malik, salah satu imam madzhab yang merupakan guru dari Imam Syafi’i.
Majelis yang berangsung 11-12 Agustus 2017 ini diampu langsung oleh Dr. Muhammad Abdurrazaq Aswad al-Maliki, mantan pengajar di Universitas Aleppo yang sekarang menjabat sebagai asisten profesor bidang Studi Islam di Universitas Imam Abdurrahman al-Faisal, Dammam, Arab Saudi.
Dalam majelis ini, Syekh Abdurrazaq memerhatikan bacaan hadis yang dibaca secara bergiliran oleh seluruh peserta majelis yang hadir, lalu Syekh Abdurrazaq menambahkan sedikit pemahaman dan menjelaskan beberapa kata yang gharib (asing secara pemaknaan).
Ketika menjelaskan hadis tentang siwak, Syekh Abdurrazaq bercerita bahwa memakai siwak adalah sunnah namun nyatanya tidak semua orang bisa dengan mudah bersiwak. Maka dari itu Rasulullah bersabda, “jika tidak memberatkan, aku akan mewajibkan semua orang bersiwak setiap akan mengerjakan shalat fardhu.”
Menurutnya, bagi orang Indonesia yang tidak bisa bersiwak karena berbagai alasan, bisa juga dengan menggunakan sikat gigi, dengan niat membersihkan mulut dan mengikuti sunnah Rasul. Karena sebenarnya, kata Syekh Abdurrazaq, siwak dan sikat gigi memiliki tujuan yang sama, yakni membersihkan mulut. Ini merupakan ajaran rahmat yang dibawa Rasulullah Saw.
Selain itu ia juga mengatakan bahwa sarung yang sering dipakai santri Indonesia juga sunnah. “Sarung yang kalian pakai ini juga sunnah, karena Rasulullah dahulu juga memakai sarung,” ujar Syekh Abdurrazaq disambut tawa dan canda para santri Darus-Sunnah di Masjid Munirah Salamah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Mejelis ini diikuti seluruh santri Darus-Sunnah, baik tingkatan mahasiswa maupun tingkatan Tsanawiyah-Aliyah. Sejumlah tamu dari luar Darus-Sunnah juga tampak berpartisipasi. Tak ayal, Masjid Munirah Salamah yang terdiri dari dua lantai pun terlihat penuh.
Majelis ini diselenggarakan selama dua hari, yakni hari Jumat hingga Sabtu. Karena terbatasnya waktu, simaan kitab muwattha’ tidak sampai selesai, hanya sekitar tiga per empat Kitab Muwattha’ yang dibaca. Setelah itu Syekh Abdurrazaq memberikan ijazah kepada seluruh peserta yang hadir dan diakhiri dengan bersalam-salaman dan foto bersama. (M Alvin Nur Choironi/Mahbib)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua