Nasional

Doa Lintas Iman untuk 'Kemenangan' Melawan Covid-19

Ahad, 24 Mei 2020 | 00:03 WIB

Doa Lintas Iman untuk 'Kemenangan' Melawan Covid-19

Wakil Ketua LDNU, KH Misbachul Munir (kedua dari kanan) saat acara Doa Bersama Lintas Iman, Sabtu (23/5) malam. (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menginisiasi kegiatan ‘Doa Lintas Iman bagi Indonesia’ secara daring, Sabtu (23/5) malam. Acara diadakan sebagai penghormatan dan dukungan kepada tim medis yang sudah berjuang di garis depan dalam penanganan Covid-19. Selain itu, juga kepada para aparat (polisi, dishub) yang turut mengawal pencegahan Covid-19. 

"Peran-peran mereka harus didukung, dengan menaati anjuran pencegahan Covid-19 seperti social distancing, memakai masker," kata panitia, H Ibnu Hazen.

Menurut dia, wabah Covid-19 harus cepat diatasi dan jangan sampai berlarut-larut. Pasalnya, selain menyebabkan dampak kesehatan dengan banyaknya orang yang terkena dan meninggal, dampak Covid-19 juga memperburuk situasi ekonomi. "Masyarakat dengan adanya wabah ini tidak bisa melakukan aktivitas sehingga tidak memiliki penghasilan," ujarnya.

Ia menegaskan, langkah pemerintah dalam mengatasi Covid-19 sudah tepat. Karena itu, hal ini juga harus didukung, bukan dilemahkan dan dipandang nyinyir. Ia prihatin adanya sebagian pihak yang menganggap pemerinta plin plan, atau menilai tidak serius, adalah hal yang keliru. 

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU, KH Misbachul Munir megatakan doa adalah bentuk ikhtiar untuk mengatasi semua persoalan termasuk wabah Covid-19. Doa melengkapi dan beriringan dengan upaya lahir seperti mengikuti anjuran pemerintah.
 
Karena itu pihaknya meminta semua umat bersatu dalam menghadapi wabah Covid-19. Ia mengibaratkan Indonesia sebagai rumah besar milik bersama, di mana semua masyarakat tinggal di satu rumah yang sama. "Kalau ada yang bocor dan tenggelam, maka tenggelam semuanya," kata dia.

Ia mengatakan jika pemerintah memberikan anjuran cegah Covid-19 yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas bersama termasuk dalam peribadatan, bukanlah hal yang harus dibenturkan dengan agama dan keyakinan.
 
"Jangan dibentur-benturkan anatar agama dan negara (dengan bertanya) kok pemerintah  melarang shalat berjamaah," katanya.
 
Ia mengingatkan bahwa pelarangan shalat berjamaah dalam jumlah banyak di daerah wabah, bukan karena benci, namun bentuk kasih sayang dan solusi. Ketentuan-ketentuan tersebut sudah menyesuaikan kajian dan pendapat ahli. Peniadaan ibadah dengan pelibatan orang banyak yang sementara ini harus dilakukan, karena menghindari bahaya penyebaran wabah. Dan hal itu sudah sesuai pendapat ahli.
 
Dalam persoalan kesehatan, msyarakat harus mematuhi anjuran ahli kesehatan. Suatau persoalan jika tidak diserahkan kepada ahlinya, akan berdampak buruk. Ia sendiri, sebagai seorang ulama, utnuk persoalan seperti teknologi bisa bertanya kepada ahli teknologi.
 
Karena itu, masyarakat harus patuh kepada pemerintah dalam enanganan Covid-19. Kepatuhan kepada pemerintah bagi umat Islam sendiri merupakan bagian dari ketaatan kepada agama.
 
Acara diadakan sengaja bertepatan dengan malam takbir Idul Fitri, di mana oleh umat Islam, Hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Acara melibatkan tokoh lintas agama karena Covid-19 adalah masalah kemanusiaan, tidak bicara politik atau agama.
 
Para tokoh memberikan doa. Sebagian membacakan puisi, penampilan gambus, beduk, rampak, kosidah. Hal itu agar lebih menyentuh dan membumi.
 
Para tokoh turut dalam doa bersama ini adalah  Pdt Dr Ronny Mandang Mth (Ketum PGLII), Alexander Ginting dr Sp P ( RSPAD), Astono Chandra Dana SE,MM,MBA (PHDI), Xs  Budisantoso Tanuwibowo  (Ketum Matakim), KH Zawawi Imron.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi