Nasional

Dipakai untuk Kepentingan Politik, Agama Jadi Rusak

NU Online  Ā·  Kamis, 12 April 2018 | 11:15 WIB

Dipakai untuk Kepentingan Politik, Agama Jadi Rusak

Direktur SAS Institute, Imdadun Rahmat. Foto: Nurdin

Jakarta, NU Online
Direktur Said Aqil Siroj (SAS) Institute Imdadun Rahmat mengungkapkan bahwa kecintaan Nadhlatul Ulama terhadap Islam tidak perlu diragukan. Oleh karenanya, NU sungguh-sungguh dan hati-hati dalam bersikap. Dalam berpolitik misalnya, NU belajar dari pengalaman.

Selepas wafatnya Rasulullah SAW, politik kekuasaan menggunakan agama untuk memperebutkan kepemimpinan politik.

ā€œMaka kemudian agama dipakai untuk kepentingan politik,ā€ katanya saat menjadi narasumber pada peluncuran buku NU Penjaga NKRI di aula Gedung PBNU lantai 8, Jakarta, Selasa (10/4).

Hal itu mengubah agama yang mulanya tasamuh, tawasut, tawazun, dan ta’addul itu menjadi berbalik.

ā€œAgama menjadi tidak lagi moderat, tidak lagi toleran, tetapi dia ekstrem,ā€ katanya.

Mereka yang mengedepankan akal akan sangat membenci dalil naql (nas Al-Qur’an dan Hadits). Pun sebaliknya, mereka yang sangat tekstual, akan sangat membenci akal, rasionalitas.

ā€œKarena agama dipakai unuk kepentingan politik, maka agama menjadi rusak,ā€ ujarnya.

Kelompok ekstrem ini bahkan sampai membenarkan tindakan pembunuhan terhadap seseorang dengan menggunakan dalil-dalil tertentu. Hal ini merupakan akibat dari agama dan politik yang berubah menjadi kejam. Oleh karena itu, Ahlussunnah wal Jama'ah dalam menyikapi hal tersebut tidak lepas dari prinsip humanisme.

ā€œHumanisme tidak bisa dipisahkan dari watak ahlussunnah wal jama'ah,ā€ pungkasnya. (Syakir NF/Muiz)