Nasional

Banyak Ulama Wafat, Habib Husein: Bangun Optimisme!

Sab, 16 Januari 2021 | 14:30 WIB

Banyak Ulama Wafat, Habib Husein: Bangun Optimisme!

Habib Husein Ja’far Al Hadar . (Foto: Tangkapan layar Youtube)

Jakarta, NU Online
Banyaknya ulama Indonesia yang wafat akhir-akhir ini menimbulkan duka mendalam di kalangan umat Islam. Tak hanya itu, wafatnya para ulama ini juga menimbulkan berbagai macam spekulasi di kalangan masyarakat. Ada yang menyebut bahwa ini merupakan tanda-tanda kiamat. Sebagian lagi menyebutkan bahwa ini pertanda negeri ini sudah tidak diberkahi lagi.


Munculnya berbagai macam spekulasi ini menurut Habib Husein Ja’far Al Hadar justru menambah kesedihan kita. “Mengapa kita menjadi generasi Muslim yang pesimis ketika ditimpa musibah oleh Allah SWT berupa wafatnya para ulama?” ungkap Habib Husein dalam video yang dipublikasikan Sabtu (16/1) di Youtube Channel Jeda Nulis.


Dai muda itu juga mengingatkan bahwa kita tidak diajarkan menjadi generasi yang pesimis oleh rasul dan para sahabat. Kita dididik untuk menjadi generasi yang optimis, bukan generasi yang pesimis dengan mengatakan bahwa kiamat sudah dekat dan negeri ini sudah tidak diberkahi oleh Allah.


“Kiamat tidak ada yang tahu. Itu adalah rahasia Allah. Kita dididik oleh sahabat Nabi untuk menjadi generasi yang optimis. Ketika zaman kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar As-shiddiq, sebanyak 1.200 penghafal Al-Quran wafat di Perang Yamamah. Namun apakah kemudian para sahabat mengatakan kekhalifahan ini tidak diberkahi Allah? Bahwa ini pertanda kiamat sudah dekat? Tidak!” tegas pria yang pernah mondok di salah satu pesantren di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur itu.


Alumnus UIN Syarif Hidayatullah itu menjelaskan, Sayyidina Umar di dalam riwayat Imam Bukhari, yang diceritakan oleh Zaid bin Tsabit justru datang ke Sayyidina Abu Bakar dan mengusulkan agar dilakukan kodifikasi Al-Quran. Sayyidina Abu Bakar menerima usulan tersebut dan mulailah dikumpulkan tulisan-tulisan Al-Quran yang berserak.

 

 

Karena optimisme yang dibangun oleh sahabat, hingga akhirnya di zaman Sayyidina Utsman terwujudlah mushaf pertama Al-Qur’an yang akhirnya bisa kita baca sampai sekarang.


Habib kelahiran Bondowoso, Jawa Timur itu juga mengatakan bahwa ilmu itu dicabut dengan wafatnya para ulama. Maka ini pertanda bahwa bisa jadi ilmu akan dicabut dari negeri kita. Oleh karena itu, mari bangun optimisme dengan melakukan upaya agar ilmu itu tidak dicabut. Salah satunya adalah dengan melahirkan ulama-ulama baru, melahirkan generasi muda yang gemar mengaji guna melanjutkan estafet keulamaan yang telah wafat.


Selanjutnya, Ia juga mengajak masyarakat untuk belajar di majelis para ulama yang masih hidup, atau mengkaji karya ulama-ulama yang sudah wafat, serta menyebarkan ilmu tersebut di media sosial atau ditulis menjadi buku. Langkah ini dilakukan agar ilmu itu tidak dicabut oleh Allah dari negeri kita.


Habib Husein juga mengingatkan umat Islam untuk senantiasa menjaga para ulama. Di masa pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum mereda, bentuk penjagaan tersebut adalah dengan tidak terlebih dulu sowan dan mengundang para ulama untuk hadir pada acara yang mengumpulkan orang banyak.

 


PBNU mencatat sudah lebih dari 200 kiai dan tokoh NU yang wafat selama pandemi Covid-19 sejak Maret - Desember 2020. Di awal tahun 2021, Indonesia terus kehilangan ulamanya di antaranya Habib Ja’far bin Muhammad bin Hamid bin Umar Al-Kaff, KH Najib Abdul Qadir, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, dan Syekh Ali Jaber.


Kontributor: Muhammad Owen
Editor: Muhammad Faizin