Nasional

Uang Kas Hindia-Belanda Habis Biayai Perang Melawan Pangeran Diponegoro

Sab, 16 Januari 2021 | 01:00 WIB

Uang Kas Hindia-Belanda Habis Biayai Perang Melawan Pangeran Diponegoro

Walaupun  hanya lima tahun, Pemerintah Hindia-Belanda dibuat pusing karena perang menghadapi Diponegoro. Bahkan uang kas pemerintah Hindia-Belanda habis. (Ilustrasi: Tirto)

Jakarta, NU Online

Sejarah mencatat Pangeran Diponegoro merupakan sosok pahlawan yang gigih untuk meraih kemerdekaan. Diponegoro telah berjibaku memimpin perang jawa atau Pangeran Diponegoro melawan Hindia-Belanda pada tahun1825 sampai tahun 1830. 
 

Pangeran Diponegoro dalam menghimpun kekuatan mengusir Belanda tergolong luar biasa. Walaupun  hanya lima tahun, Pemerintah Hindia-Belanda dibuat pusing. "Bahkan uang kas pemerintah Hindia-Belanda habis. Belanda punya hutang kepada luar negeri gara- gara menghadapi Pangeran Diponegoro," kata Kiai Achmad Chalwani dalam Haul Pangeran Diponegoro yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (13/1) malam.

 

Selain itu, Kiai Achmad Chalwani mengatakan Pangeran Diponegoro punya peran sentral dalam perjuangan kemerdekaan yang saat ini konsep, strategi, termasuk pusakanya menjadi rebutan orang banyak. "Maka sejarah Diponegoro ini sangat penting," kata Kiai Chalwani dalam haul bertajuk Menjaga Warisan Nusantara.

 

Pengasuh Pesantren An-Nawawi, Berjan, Purworejo itu menerangkan bahwa Pangeran Diponegoro dalam tarekat mengambil mursyid dari Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Nama lengkap Pangeran Diponegoro adalah KH Kanjeng Bendoro Raden Mas Ontowiryo Abdul Hamid Musytahar Herucokro Senopati Ing Ngaloko Sayyidin Panotogomo Amirul Mukminin Khalifatullah Tanah Jawi.

 

"Sebutan khalifatullah adalah gelar saja, kaitanya bukan sebutan gelar kenegaraan dan bukan khalifah dalam arti khilafah, karena pangeran Diponegoro bermadzhab Syafii, Ahlussunnah wal Jamaah. Para mursyid tarekat gelarnya juga khalifah," terangnya.

 

Kemudian disampaikan juga bahwa Pangeran Diponegoro punya tiga peninggalan. Pertama, Al-Qur'an karena seorang muslim. Kedua, tasbih karena ahli zzikir dan tokoh tarekat Syatariyah merangkap Qadiriyah. Ketiga, kitab Fathul Qarib, kitab mazhab Syafii.

 

Haul Pangeran Diponegoro juga dihadiri secara virtual oleh Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siradj, Kiai Marsudi Syuhud, Kiai Mujib Qulyubi dan penulis buku Jejaring Ulama Pangeran Diponegoro Gus Milal Bizawie.

 

Kiai Marsudi Syuhud menyampaikan bahwa haul tersebut untuk mengingatkan generasi saat ini gara tidak melupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan yang sekaligur ulama. Pangeran Diponegoro sendiri memiki jaringan ulama dengan berbagai tokoh atau kiai yang saat itu ada di Indonesia.

 

Kontributor: Suci Amaliah
Editor: Kendi Setiawan