Nasional

Antisipasi Hoaks, Gawai Tak Perlu Dibatasi tapi Diarahkan Penggunaannya

Rab, 14 Agustus 2019 | 02:15 WIB

Antisipasi Hoaks, Gawai Tak Perlu Dibatasi tapi Diarahkan Penggunaannya

Direktur Informasi dan Komunikasi Polkam, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Bambang Gunawan saat menjadi narasumber dalam dialog Harmoni Indonesia, Pancasila: Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, Selasa (13/8) malam.

Jember, NU Online

Revolusi industri 4.0 tidak bisa dihindari. Industri yang bercirikan serba digital dalam berbagai transaksi itu akan manjadi bagian dari masa depan dunia. Dan globalisasi digital sudah lama merambah Indonesia. Piranti yang paling menonjol dalam industri 4.0 adalah gawai. Gawai saat ini mempuyai fungsi praktis dan multi fungsi. Karenanya, selain bisa dimanfaatkan untuk kebaikan, gawai bisa juga digunakan untuk keburukan.

 

“Walaupun demikian, gadget (gawai) tidak perlu dibatasi, cuma perlu diarahkan penggunaannya,” tukas Direktur Informasi dan Komunikasi Polkam, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Bambang Gunawan saat menjadi narasumber dalam dialog Harmoni Indonesia, Pancasila: Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Jawa Timur, Selasa (13/8) malam.

 

Menurut Bambang, saat ini jumlah telepon seluler (yang miliki orang perorang Indonesia) melebihi jumlah penduduk negeri ini. Salah satu indikasinya adalah setiap orang rata-rata memiliki telepon seluler lebih dari satu. Separuh dari total penduduk Indonesia, mempunyai akses internet.

 

Yang cukup membahayakan dan perlu diwaspdai adalah bertia hoaks. Banyak kejahatan dan konflik bermula dari informasi hoaks.

 

“Karena itu, jika muncul berita aneh-aneh, jangan langsung sharing tapi liat dulu, dan pikir dulu benar atau tidak,” pintanya.

 

Sementara itu, staf Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Frans Sembiring menegaskan, Kementerian Kominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi dan informatika, setiap hari merilis laporan issu hoaks. Rata-rata setip hari Kementerian Kominfo mengklarifikasi 5 hingga 10 issu hoaks.

 

“Hari ini, misalnya beredar informasi hoaks soal peran FPI dalam merebut Indonesia dari penjajah tahun 1928 sampai 1945. Ini ‘kan jelas-jelas hoaks. FPI ‘kan baru lahir tahun berapa. Jadi kita klarifikasi itu,” pungkasnya.

 

Acara terebut dihadiri oleh sejumlah tokoh di antarnya Wakil Bupati Jember, KH Abdul Muqit Arief, sejumlah pejabat Pemkab Jember, dan KH Muzakki Syah selaku tuan rumah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember.

 

Sedangkan untuk narasumber, panitia menghadirkan KH Ahmad Sugeng Utomo (Pembina Penggerak Budaya Nusantara), Syaiful Arif (Direktur Eksekutif Institut Demokrasi Republikan), dan Bambang Gunawan sendiri.

 

Pewarta : Aryudi AR