Daerah

Ibadah Kurban Punya Nilai Dakwah sekaligus Sosial

Sel, 13 Agustus 2019 | 10:45 WIB

Ibadah Kurban Punya Nilai Dakwah sekaligus Sosial

Suasana penyembelihan hewan kurban di halaman kantor PWNU Bali

Denpasar, NU Online

Kerukunan umat beragama di Bali laik diacungi jempol. Paling tidak, hal itu bisa dilihat dari kekompakan dan keguyuban masyarakat dalam penyembelihan hewan kurban oleh PWNU Bali, Senin (12/8). Kali ini terdapat seekor sapi dan 11 kambing yang disembelih di halaman gedung PWNU Bali, Jalan Pura Demak II/31, Denpasar Bali.

 

“Kambing dan sapi ini hasil urunan kami para pengurus. Semoga bermanfat,” tukas Sekretaris PWNU Bali, H Mahfudz sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Selasa (13/8).

 

Menurutnya, penyembelihan hewan tersebut merupakan bentuk kepedulian PWNU Bali terhadap mereka yang kurang beruntung. Daging yang dibungkus langsug diberikan kepada masyarakat sekitar. Hal ini juga sebagai wasilah untuk dapat menjalin hubungan yang baik antara PWNU Bali dan masyarakat sekitar.

 

“Jadi dengan pembagian daging kambing itu, kami ingin berbagi suka dengan mereka, sekaligus untuk menjaga agar hubungan kami tetap terjalin hangat,” ucapnya.

 

Ia menambahkan, penyembelihan hewan kurban mempunyai nilai strategis sebagai syiar agama Islam. Paling tidak, ada dua manfaat yang bisa diraih dari ibadah kurban tersebut. Pertama, mengingatkan kembali tentang pengorban Nabi Ibrahim dan puteranya, Nabi Ismail. Pengorbanan tersebut tentu tidak ringan. Sebab terkait dengan ‘penghilangan’ nyawa orang yang sangat dicintai oleh Nabi Ibrahim. Ia diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih puteranya sendiri.

 

Sedangkan bagi Nabi Ismail juga tidak gampang, karena nyawanya sendiri yang harus direelakan.

 

“Tapi perintah Allah memang di atas segala-galanya. Dan kedua Nabiyullah itu dengan senang hati mentaati perintah-Nya tanpa mikir apapun,” ulasnya.

 

Kedua, ibadah kurban mempunyai fungsi sosial yang tidak kecil. Sebab, daging tersebut dibagikan kepada masyarakat.

 

“Itu juga punya nilai dakwah sekaligus nilai sosial,” ujarnya.

 

Yang menarik, penyembelihan kurban yang diinisiasi oleh NU-Care-Lazisnu PWNU Bali tersebut, juga dikuti kalangan ‘luar’. Mereka berpartisipasi yang ditandai dengan menyumbang air mineral sucukupnya. Mereka adalah Persatuan Sosial Marga Tionghoa Bali (PSMTI).

 

Dalam pandangan H Mahfudz, hal tersebut menujukkan bahwa NU diterima oleh semua kalangan.

 

“Dengan sikap NU yang moderat, NU tidak menjadi ancaman bagi siapapun dan dimanapun,” pungkasnya.

 

Pewarta : Aryudi AR