Nasional

Ansor Merupakan Ujung Tombak Empat Pilar

NU Online  ·  Sabtu, 21 Februari 2015 | 10:08 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta Odang menegaskan jika Nahdlatul Ulama (NU), Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) dan Barisan Serbaguna (Banser) NU adalah sebagai ujung tombak 4 Pilar (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika). Bahkan NU sudah mempeloporinya sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agutus 1945.
<>
"Jadi, saya sebagai pimpinan MPR RI tidak ragu lagi dengan sepak terjang dan perjuangan NU dan organisasinya dalam memperjuangkan 4 Pilar. Apalagi NU sebagai organisasi Islam terbesar, maka sangat efektif jika perjuangan 4 Pilar MPR RI itu bergandengan dengan NU, GP Ansor dan Banser di seluruh Indonesia," tegas Oesman Sapta dalam acara 'Kursus Banser Pimpinan (Susbanpim) Angkatan Ke-2 GP Ansor-Transformasi dan Profesionalisme Banser dalam Mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara' di Ciracas, Jakarta Timur, pada Kamis (19/2).

Hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid, Sekjen M. Aqil Irham, Kabag Humas MPR RI Yana Indrawan dan lain-lain. Acara ini berlangsung sampai Senin (23/2). Sebagai pembicara antara lain Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Menhan RI Tedjo Edhy Purdijatno, dan lain-lain.

Menurut Oesman Sapta, dengan cara yang sederhana, tanpa kemewahan melainkan tradisional, justru sosialisasi 4 Pilar MPR RI tersebut jauh lebih efektif disbanding dengan gaya-gaya modern. "Jadi, ini gaya kampung, yang hadir di kota. Tanpa mewah-mewah di hotel dan sebagainya," ujarnya.

Justru, anggota DPD RI asal Kalimantan Barat itu merasa prihatin dengan perkembangan masyarakat saat ini akibat pengaruh budaya Barat, sehingga banyak melupakan 4 Pilar. "Kita boleh apa saja, tapi hatinya tetap nasionalisme Indonesia. Sebab, bagaimana bisa memabngun bangsa ini jika nasionalisme kita sudah runtuh?" tanya Oesman.

Karena itu kata Oesman Sapta, sebagai keluarga besar NU dirinya merasa bertanggungjawab untuk terus menyosialisasikan 4 Pilar MPR RI itu. "Bayangkan saya hanya ditelepon oleh Nusron Wahid, tapi saya datang. Ini tidak lain karena saya merasa terpanggil untuk memperjuangkan 4 Pilar itu bersama keluarga besar NU ini," tambahnya.

Melalui sosialisasi 4 Pilar MPR RI ini, Oesman Sapta bertekad membangkitkan rakyat Indonesia untuk kembali kepada jati diri bangsa yang kuta dengan kearifan lokal, gotong-royong, sederhana, menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dan sebagainya.

"Jangan sampai pengaruh Barat dan liberalism itu menjadikan kita lupa sebagai bangsa. Apalagi diperparah dengan kepentingan asing dalam merumuskan kebijakan Negara. Lalu, mau menjadi apa bangsa ini? Maka ke depan sosialisasi ini harus disesuaikan dengan trend anak-anak zaman sekarang. Bukan lagi seperti era dulu yang penuh indoktrinasi. Misalnya melalui komik atau film kartun 'I love Indonesia' dll," ungkapnya.

Selain itu, sosialisasi 4 Pilar itu dengan komitmen dan tekad untuk mengentaskan kebodohan, kemiskinan, menegakkan keadilan, mengurangi ketidakamanan dan ketidaknyamanan, dan ketertinggalan lainnya.     

Dengan demikian dia berharap, NU, Ansor dan Banser menjadi agen perubahan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Di mana GP Ansor tidak pernah absen dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini. Bahkan Muktamar NU ke-27 di Situbdondo Jawa Timur pada tahun 1984 telah menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas berbangsa dan bernegara dan NKRI sebagai bentuk Negara sebagai harga mati dan final.

Mengapa? Karena PBNU itu sama dengan 4 Pilar, yaitu PBNU singkatan dari (Pancasila, Bhinneka Tunggal IKa, NKRI dan UUD NRI 1945). "Untuk itu NU dan kita semua dalam berbangsa dan bernegara itu harus memikirkan kepentingan bangsa dan negara serta kesehteraan rakyat," pungkasnya. (ahmad munif/mukaf niam)