Nasional BULAN GUS DUR

Alissa Wahid Ajak Masyarakat Belajar Zuhud ala Gus Dur

Rab, 25 Desember 2019 | 16:11 WIB

Alissa Wahid Ajak Masyarakat Belajar Zuhud ala Gus Dur

KH Abdurahman Wahid

Jakarta, NU Online
Banyak dimensi yang dapat dipelajari dan diteladani dari sosok KH Abdurrahman Wahid. Salah satunya adalah kezuhudannya dalam menjalani kehidupan.

“Apakah kita bisa meneladani zuhud beliau dari gemperlap kekeuasaan dan materi?” kata Alissa Wahid saat memberikan sambutan atas nama keluarga pada peringatan Haul Kesepuluh ayahnya di halaman gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (25/12).

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu menceritakan bahwa meski pernah menjabat sebagai presiden dan ketua umum organisasi masyarakat Islam terbesar di dunia, Gus Dur masih meminjam uang kepadanya. “Setengah tahun sebelum wafat, masih meminjam uang kepada saya karena tidak punya uang,” jelasnya.

Padahal, lanjutnya, Gus Dur berbicara di mana-mana, menulis di berbagai media. Akan tetapi, ia tidak memiliki uang.

Alissa mengaku beberapa kali pernah meminta kepada ayahnya untuk dibelikan ini dan itu tidak dituruti. Sempat ia menyampaikan kepada ayahanya bahwa di sebuah laci terdapat uang. Namun, Gus Dur menjawab bahwa itu uang rakyat. “Itu uang titipan untuk rakyat, bukan uang kita,” katanya menirukan jawaban Gus Dur.

Putra sulung KH Abdul Wahid Hasyim itu juga tidak pernah mempersoalkan pakaian yang dikenakannya. Ketika kerah baju panjang batiknya rusak, misalnya kata Alissa, lengan bajunya digunting untuk menambal kerah tersebut. “Kalau kerahnya sudah rusak, dipotong lengennya ditaroh di kerahnya,” katanya.

Sementara kita hari ini, lanjutnya, baru punya jabatan sedikit saja sudah memikirkan mana baju yang pantas untuk jabatan yang diembannya. Kita baru punya jabatan sedikit saja sudah mikir baju pantas gak buat jabatan kita,” ujar perempuan yang juga Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) itu.

Ia menegaskan bahwa jabatan merupakan jalan atau perantara saja untuk mewujudkan kemaslahatan umat. “Banyak yang sudah memiliki jabatan lupa itu amanah wasilah untuk kemaslahatan umat,” katanya.

Di samping itu, Gus Dur juga sabar dalam menerima kekalahan dan kegagalan hidup. Sebab, banyak orang yang mengalami kegagalan dan tidak menjadikan kegagalan itu sebagai batu sandungan. “Kegagalan apa yang lebih besar dari didongkel, dituduh korupsi walau tidak terbukti,” ucapnya.

Gus Dur tidak berkoar-koar soal itu. Ia, jelas Alissa, mengakui bahwa semua hal tersebut merupakan permainan politik. Baginya, ada cara lain untuk berjuang mewujudkan kemaslahatan umat sehingga tidak surut langkahnya pada saat berhadapan dengan batu sandungan.

Karenanya, Gus Dur selalu istiqomah melihat hidup hanya sebagai saluran berkah untuk orang-orang di sekitar. Sebab, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Ungkapan demikian bagi Gus Dur bukan sekadar jargon melainkan sebagai tugas mewujudkan Islam rahmatan lil alamin yang sudah tidak bisa ditawar.

Hal lain yang kerap kali Gus Dur lakukan adalah melontarkan humor dengan menertawakan dirinya sendiri dan tidak pernah untuk merendahkan orang lain. Alissa menjelaskan bahwa hal tersebut dapat melatih rendah hati. “Menertawakan diri sendiri membantu mengingatkan diri kita untuk tetap rendah hati,” pungkasnya.

Kegiatan yang digelar oleh Lembaga Dakwah PBNU ini dihadiri oleh Rais Syuriyah PBNU KH Abdullah Kafabihi Mahrus Ali, KH Mustofa Aqil Siroj, dan KH Zaki Mubarok. Hadir pula Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani dan H Robikin Emhas, Ketua LD PBNU KH Agus Salim, Staf Khusus Milenial Presiden Aminuddin Ma’ruf, serta ratusan hadirin yang memadati halaman Gedung PBNU.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi
Â