Nasional

Alasan Setan Nyaman Singgah di Hati Manusia

NU Online  ·  Jumat, 6 April 2018 | 06:00 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali sering disinggung berbagai macam strategi setan menguasai hati manusia. Setan tidak akan berhenti menyerah untuk menaklukkan hati manusia agar bisa dikuasai dan nyaman sebagai tempat singgah.

Setan akan mudah singgah di hati manusia, bahkan akan sulit diusir, ketika di dalam hati manusia terdapat makanan-makanan pokok setan yaitu keburukan-keburukan hati.

Hal itulah yang disampaikan cendekiawan NU, Ulil Absor Abdalla bahwa setan tidak hanya gigih menguasai hati orang yang berpenyakit hati, namun juga orang yang bertakwa kepada Allah sekalipun.

"Dua sifat hewan yang ada di dalam diri manusia ada dua yaitu sifat hewan anjing dan celeng (babi). Perumpamaan anjing adalah orang yang suka marah. Kedua, adalah kekuatan babi atau celeng pada manusia yang tidak terkontrol ketika melihat makanan," jelas menantu KH Mustofa Bisri ini saat Kopdar Ngaji Ihya Ulumuddin di Masjid An Nahdlah PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (5/4).

Setan akan mudah diusir, lanjut Ulil ketika di dalam hati manusia tidak tersimpan keburukan atau penyakit hati. "Anjing ketika ada di depanmu, jika kamu tidak punya daging yang bisa untuk diterkam maka akan mundur,” jelasnya. Mundurnya adalah dengan cara cukup mengatakan, pergilah engkau, maka Anjing itu akan langsung pergi karena tidak ada sesuatu yang diambil dari kita, lanjutnya.

"Seperti setan pada diri kita, apabila tidak terdapat keburukan dalam diri kita, maka setan tersebut akan pergi dengan kita mengusirnya yaitu kita mengingat (berdzikir) kepada Allah," imbuhnya.

Sebaliknya, terang Ulil lebih lanjut, apabila manusia punya daging maka anjing akan menyergap dan tidak mundur dengan sekedar omongan saja. "Hati manusia yang kosong dari makanan pokok setan yaitu sifat buruk yang ada pada diri kita, dengan sekedar mengingat Allah maka setan itu akan pergi," tegasnya.

Adapun ketika manusia didominasi oleh syahwat, maka akan menjauhkan untuk mengingat Allah.  "Dzikir kita kepada Allah tanpa dibarengi usaha membersihkan hati maka tidak akan nembak ke pusat hati atau yang disebut suwaida," urainya.

Lalu,  apabila orang yang bertakwa masih digoda oleh setan itu bagaimana? 

Menurut Ulil, orang yang bertakwa juga tetap ada setannya, atau potensi digoda setan. Tetapi alasannya bukan karena adanya syahwat, bukan karena ada makanan pokoknya setan di dalam hatinya, melainkan karena sepintas hatinya lengah kepada Allah atau tidak berdzikir.

"Apabila kembali mengingat Allah, maka setan itu akan mengkerut (mengecil, red)," tandasnya.

"Itulah tamsilnya. Dan salah satu kekuatan kitab Ihya adalah analoginya. Itu membuat kita punya gambaran yang rill di kehidupan," pungkasnya. (Ri'atuz Zuhro/Ibnu Nawawi)