Internasional

Tradisi Unik di Tunisia, Toko Manisan Buka Hanya Selama Ramadhan

Sel, 12 Maret 2024 | 16:45 WIB

Tradisi Unik di Tunisia, Toko Manisan Buka Hanya Selama Ramadhan

Ilustrasi toko manisan ramai pembeli di bulan ramadhan. (Foto: dok. DW)

Jakarta, NU Online

Memasuki bulan suci Ramadhan, antusiasme warga Tunisia terasa di seluruh negeri. Dari persiapan menyambut bulan penuh berkah ini, hingga tradisi unik dalam menjalani ibadah, semuanya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.


Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia Yusril Muna menyebut terdapat sebuah fenomena menarik terkait kegemaran warga Tunisia akan makanan manis selama bulan Ramadhan.


Ia menjelaskan bahwa ciri khas unik dari Ramadhan di Tunisia adalah adanya toko khusus yang dipersiapkan untuk membuka layanan hanya selama bulan Ramadhan. Toko ini akan menyajikan aneka halawiyat atau makanan manis khas Tunisia seperti zalabia dan makroudh.


“Menariknya, ada toko khusus yang akan buka hanya di bulan suci Ramadhan. Itu khusus menjual halawiyat atau makanan manisan namanya zalabia dan makroudh,” kata Yusril dalam keteranganya diterima NU Online, Selasa (12/3/2024).


Zalabia, dengan bentuk bulat jaring yang digoreng hingga kekuningan dan rasa yang sangat manis, menjadi salah satu primadona kulinernya. Sementara itu, makroudh, dengan warna coklat dan bentuk panjang yang disiram madu, juga menjadi favorit di meja berbuka puasa warga Tunisia.


Mahasiswa Magister Ilmu Qur’an dan Hadits Ez-Zitouna University, Tunisia itu juga menyoroti persiapan warga Tunisia menjelang Ramadhan, yang dimulai bahkan seminggu.

 

Para warga mulai memenuhi pasar untuk membeli berbagai kebutuhan, termasuk bahan pokok, makanan, dan perlengkapan rumah tangga. Penambahan jumlah pengunjung di pasar menjadi pemandangan biasa, menandakan semangat menyambut Ramadhan yang begitu kuat.


“Bahkan 1 minggu sebelum Ramadhan itu warga Tunis sudah mulai mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Mereka mulai belanja di pasar. Kebetulan saya itu tinggal di asrama mahasiswa yang dekat dengan pasar dan saya melihat secara langsung peningkatan jumlah warga Tunisia yang datang ke pasar. Tidak seperti hari-hari biasanya,” jabar dia.


Selain persiapan materi, semangat kegembiraan dan kebahagiaan juga terasa di kalangan warga Tunisia. Mereka menyambut bulan Ramadhan dengan penuh antusiasme dan rasa syukur atas datangnya bulan suci tersebut.


Terkait tradisi jelang puasa, Yusril menyebut ada juga perbedaan budaya yang mencolok. Berbeda dengan tradisi di Indonesia, warga Tunisia tidak memiliki tradisi ziarah ke makam keluarga atau guru-guru.