Internasional

Presiden Abbas: Perdamaian Tidak Akan Tercapai dengan ‘Melewati’ Palestina

Rab, 26 Agustus 2020 | 04:59 WIB

Presiden Abbas: Perdamaian Tidak Akan Tercapai dengan ‘Melewati’ Palestina

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menerima kunjungan Sekretaris Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di kantornya di Ramallah, Selasa (25/8). (Foto: WAFA Images / Thayer Ghanayem)

Ramallah, NU Online
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, menerima kunjungan Sekretaris Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di kantornya di Ramallah, Selasa (25/8). Pada kesempatan itu, Abbas mengatakan kepada Raab bahwa perdamaian perdamaian tidak akan dicapai di kawasan itu—Palestina-Israel- dengan melewati Palestina atau dengan menormalisasi hubungan dengan negara-negara Arab.


Abbas mengatakan bahwa aneksasi atas wilayah Yerusalem yang diduduki—yang akan menjadi ibu kota Negara Palestina- bertentangan dengan legitimasi internasional. Disebutkan bahwa Israel terus melakukan aneksasi atas wilayah Palestina dan tidak ada tanda-tanda untuk berhenti. 


“Ini adalah praktik yang akan menghancurkan apa yang tersisa dari proses perdamaian,” kata Abbas kepada Raab, dikutip dari kantor berita Palestina, WAFA, Rabu (26/8).


Abbas menegaskan, selama Israel tidak mengakhiri pendudukan atas wilayah Palestina dan rakyat Palestina tidak mendapatkan kebebasan dan kemerdekaannya maka selama itu pula tidak akan ada perdamaian, keamanan, dan stabilitas di wilayah itu.


Menurut Abbas, perdamaian tidak akan dicapai melalui normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab. Perdamaian dalam arti sesungguhnya akan dicapai dengan mendasarkan pada resolusi legitimasi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab. Artinya, perjanjian damai harus disepakati terlebih dahulu dengan Palestina.


“Kami siap melakukan negosiasi di bawah naungan kuartet internasional dan dengan partisipasi negara lain. Kami juga berkomitmen untuk memerangi terorisme internasional, sambil kami melanjutkan upaya untuk mencapai rekonsiliasi Palestina hingga kami mengadakan pemilu,” kata Abbas kepada Raab, sebagaimana yang ia sampaikan sebelumnya kepada Perdana Menteri Inggris Inggris Boris Johnson.


Abbas menambahkan, sudah saatnya Inggris mengakui negara Palestina. Itu akan membantu mencapai keadilan dan harapan untuk membangun solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967. Dengan demikian, Palestina dan Israel akan bisa hidup dalam keamanan, damai, dan sebagai tetangga yang baik.


Sementara itu, Raab mengatakan, kedatangannya ke Palestina untuk menegaskan komitmen Inggris atas rakyat Palestina. Disebutkan, Inggris berkomitmen dengan solusi dua negara dan menolak aneksasi wilayah.


“Kami ingin melihat peningkatan kehidupan rakyat Palestina, yang hanya dapat dijamin melalui perdamaian abadi yang dinegosiasikan antara Israel dan Palestina,” ujarnya.


Sebelumnya, UEA dan Israel mencapai kesepakatan untuk menormalisasi hubungan pada Kamis (3/8) lalu. Otoritas Palestina menolak dan mengecam kesepakatan damai antara UEA dan Israel. Mereka menganggap kesepakatan sebagai sebuah pengkhianatan terhadap Yerusalem, Masjid Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina.


“Baik Emirat maupun pihak lain tidak memiliki hak untuk berbicara atas nama rakyat Palestina. Palestina tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mencampuri urusan Palestina atau memutuskan atas nama mereka mengenai hak-hak mereka,” demikian pernyataan Otoritas Palestina yang disampaikan juru bicara Presiden Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeinah, seperti diberitakan kantor berita Palestina, WAFA, Kamis (13/8)


Otoritas Palestina menegaskan, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) akan tetap menjadi satu-satunya perwakilan yang sah dari rakyat Palestina. Mereka bersatu di bawah komando Presiden Mahmoud Abbas dalam menghadapi ‘kesepakatan brutal’ tersebut.  


Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad