Hudaidah, NU Online
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman, turut berpartisipasi dalam Acara peringatan Haul Guru Bangsa yang dihadiri oleh ratusan warga Mahasiswa Hudaidah, salah satu propinsi di Yaman. <>
Haul Gus Dur ke-3 kalinya ini digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) bekerjasama dengan DPW PPI Hudaidah, bertempat di auditorium Syaukani Universitas Dar El-ulum Hudaidah, Kamis (10/01/2013).
Acara Haul dibuka dengan tradisi khas Nahdlatul Ulama yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi berupa pembacaan Yasin dan Tahlil yang dipimpin oleh Ust. Ibrahim Gazhali dan Ust Noval Irsyad. Pembacaan Yasin dan Tahlil berjalan dengan khidmat yang dikuti seluruh hadirin.
Ketua Tanfidziyah II PCINU Yaman Muhammad Fathullah dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia – Yaman yang telah mendukung terwujudnya haul ini dan ia berpesan kepada seluruh mahasiswa agar menjadikan Gus Dur sebagai paradigma perjuangan dalam membangun dan mempertahankan NKRI.
Sebuah ungkapan KH Abdurrahman Wahid “Jangan maju karena dipuja dan jangan mundur karena dicela” menjadi penutup sambutan ketua Tanfidziyyah II PCINU yaman.
Muhammad Khoiruz Zadit Taqwa sebagai Ketua PPI Yaman dalam sambutannya menyatakan Gus Dur sebagai guru bangsa dan manusia unik yang harus dicerna lebih dalam tentang pemikirannya, jangan hanya melihat satu sisi tanpa menjadikan sisi yang lain sebagai pembanding dalam menarik kesimpulan.
Priyanto Mawardi sebagai perwakilan kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman dalam sambutannya berpesan kepada seluruh mahasiswa agar mempersiapkan diri untuk terjun dalam masyarakat majemuk di Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan penampilan grup marawis Dhomir Indunisy yang mendendangkan Syair Tanpa Waton. gubahan rebana dan suara hadirin menambah kemeriahan acara haul.
Acara dilanjutkan dengan tausyiah Zainul Huda, Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia. Dalam tausyiahnya Zainul Huda berpesan kepada seluruh mahasiswa agar meneladani dan melanjutkan perjuangan Gus Dur dan ia berharap sebagai generasi muda harus bisa menjadi warna mutiara yang telah diajarkan guru bangsa.
Diakhir tausyiyahnya Zainul Huda mengingatkan supaya perbedaan payung orgnisasi tidak menjadi jembatan menuju perpecahan tetapi perbedaan harus dijadikan sebagai spirit untuk membangun bangsa dan negara Indonesia dengan konsep Bhineka Tunggal Ika.
Redaktur: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
5
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
6
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
Terkini
Lihat Semua