Internasional

PCINU Tiongkok Kenalkan Islam Moderat di Negeri Tirai Bambu (1)  

Sel, 8 Desember 2020 | 02:30 WIB

PCINU Tiongkok Kenalkan Islam Moderat di Negeri Tirai Bambu (1)  

Wakil Rais PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri (Foto: Dok pribadi)

Semarang, NU Online  

China atau Tiongkok dikenal sebagai negara komunis atau tak beragama. Meski demikian bukan berarti agama Islam tak bisa berkembang di tanah asal Panglima Cheng Ho. Mengenalkan Nahdlatul Ulama (NU), dan wajah Islam Indonesia yang moderat merupakan sebuah tantangan berdakwah para kader NU yang belajar di Negeri Tirai Bambu tersebut.

 

"Mayoritas penduduk China memang atheis, tapi walaupun atheis mereka menjalankan tradisi turun temurun yang panjang dari ajaran Konfusionisme, kalau di Indonesia ini jadi agama Khonghucu," kata Wakil Rais Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri kepada NU
Online
Senin (7/12).

 

Dijelaskan, agama versi kita yang penuh dogma dan ritual keseharian berbeda dengan agama bagi versi orang China. Bagi mereka, 'agama' adalah keyakinan akan tradisi nenek moyang mereka yang penuh kebaikan dan sampai sekarang masih dijalani dengan relatif kuat.

 

Meski demikian, Alumnus Hubungan Internasional (HI), Central China Normal University (CCNU) Wuhan ini sempat mengunjungi situs sejarah Islam Tiongkok yang lebih tua dari sejarah Islam di Indonesia. Yakni makam sahabat Rasulullah. 

 

"Makam Saad bin Abi Waqqash di Kota Guangzhou. Sedangkan Masjid Qingjing dan makam dua sahabat Nabi yang tidak diketahui namanya ada di kota Quanzhou. Dua kota pesisir yang jaraknya cukup berjauhan. Selain itu, pemerintah setempat juga membangun museum Islam bernama Islamic Culture Exhibition yang berisi sejarah masuknya Islam dan Arab di Quanzhou hingga eksis sampai sekarang," urainya.

 

Disampaikan, dua makam Sahabat Rasul terletak di atas bukit, sekitar tujuh kilometer dari Masjid Qingjing, di Quanzhou, Provinsi Fujian, China bagian timur. Banyak sekali tokoh muslim dunia termasuk para Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pernah berkunjung dan menyempatkan berziarah.

 

"Quanzhou, Provinsi Fujian, China bagian timur adalah satu dari tiga kota pelabuhan bersejarah di pesisir China yang menjadi persinggahan muslim Arab dan Persia ke China, dimulai di era Dinasti Tang sekitar abad 6 masehi," ucapnya. 

 

"Kota ini menjadi penanda penting bagaimana Islam masuk ke daratan China lewatjalur laut selain Guangzhou dan Yangzhou," sambungnya.

 

Di Quanzhou lanjutnya, atau orang Arab dulu menamakan kota Zaitun terdapat banyak sekali peninggalan islam. Yang sangat terkenal adalah komplek makam muslim yang salah satunya adalah makam sahabat Rasul. 

 

Dalam bahasa Mandarin disebut Quanzhou Yisilan Shengmu. Selain itu ada masjid Qingjing. Dibangun pada tahun 1009 Masehi. Komplek makam Islam dan masjid Qingjing menjadi salah satu warisan budaya Islam yang menjadi cagar budaya pemerintah.

 

"Masjid Qingjing dengan luas sekitar 2500 meter persegi menjadi satu-satunya masjid tua yang berarsitektur Arab di China, sebuah masjid penting di era Dinasti Ming," paparnya. 

 

"Saat banyak peperangan dan kerusakan dimana-mana, Kaisar ketiga dinasti Ming, Huang Zhu Di menerbitkan fatwa kekaisaran tentang perlindungan masjid dan Islam di China. Bahwa masjid Qingjing dan masjid di Fuzhou adalah masjid yang dilindungi oleh Kaisar, siapapun dilarang merusaknya," ungkapnya. 

 

"Hukuman tegas akan berlaku. Fatwa ini terpahat di prasasti batu granit di dua masjid tersebut hingga sekarang," bebernya.

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz