Internasional

PBNU Desak Otoritas Israel Buka Akses Masjidil Aqsa bagi Muslim Selama Ramadhan

Sab, 9 Maret 2024 | 21:30 WIB

PBNU Desak Otoritas Israel Buka Akses Masjidil Aqsa bagi Muslim Selama Ramadhan

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) pada sebuah acara di Jakarta, Maret 2024 (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyoroti tragedi kemanusiaan yang kian memburuk di Palestina, khususnya di Gaza dan Tepi Barat.


Menjelang bulan suci Ramadhan 1445 Hijriah ini, kiai yang kerap disapa Gus Yahya itu mendesak agar otoritas Israel membuka akses ke Masjidil Aqsa bagi umat Islam yang ingin beribadah selama bulan Ramadhan. Dia menyayangkan penutupan akses ini yang telah berlangsung beberapa waktu terakhir.


"Kami juga meminta meminta dengan sungguh-sungguh pada penguasa Israel untuk membuka akses kepada Masjidil Aqsa untuk beribadah selama Ramadhan ini, karena sudah beberapa waktu ini Masjidil Aqsa ditutup aksesnya dari umat Islam yang ingin beribadah ke sana. Kami minta sungguh-sungguh supaya ini dibuka," kata Gus Yahya dalam keterangan persnya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (9/3/2024).


Dalam upaya mencari solusi bagi warga di Palestina, Gus Yahya mengaku telah melakukan komunikasi intensif dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri, termasuk pemerintah Indonesia melalui menteri luar negeri. Namun, dia menilai bahwa situasi masih sangat sulit, dengan suara masyarakat internasional yang diabaikan oleh pihak yang terlibat.


"Kami khawatir bahwa malapetaka yang sedang berlangsung di cenderung menjadi status quo, karena semua suara masyarakat secara internasional sama sekali tidak didengar dan diabaikan oleh mereka yang terlibat di dalam bencana Palestina ini," tutur dia.


Gus Yahya mengimbau komunitas internasional, termasuk pemerintah Indonesia, untuk terus mengambil inisiatif diplomatik internasional dan kebijakan-kebijakan yang tegas untuk membongkar kebekuan bencana yang sedang terjadi. Dia menegaskan bahwa tindakan harus dilakukan secara sungguh-sungguh di lapangan.

 

"Inisiatif berupa manuver-manuver diplomatik internasional, maupun tentu saja juga kebijakan-kebijakan yang decisive (menentukan) yang dilaksanakan secara deliberate (sengaja) secara sungguh-sungguh di lapangan untuk berupaya terus membongkar kebekuan bencana yang sekarang sedang berlangsung," jelasnya.


Ia juga meminta kepada aktor-aktor global untuk mengingat bahwa membiarkan kebrutalan yang terjadi di Palestina bisa memicu dinamika yang berbahaya bagi stabilitas dan keamanan global.


"Karena segala prinsip-prinsip hukum internasional dilanggar dan dengan ngotot dilindungi dibiarkan untuk terus berlangsung dan bisa membuat putus asa seluruh masyarakat internasional atas tatanan internasional yang berdasarkan aturan-aturan yang sudah disepakati," ujar dia.


Maka itu, ia menuntut kepada aktor-aktor global untuk segera menghentikan kekejaman yang terjadi di Gaza dan Palestina serta kembali kepada konsensus internasional yang telah disepakati. Menurutnya, pengabaian terhadap konsensus ini dapat mengguncangkan keyakinan masyarakat internasional pada tatanan internasional yang berdasarkan aturan.


"Kami juga menuntut kepada aktor-aktor global untuk segera menghentikan atrocities (kekejaman), menghentikan malapetaka yang sekarang sedang berlangsung di Gaza dan Palestina dan kembali kepada hukum dan konsensus-konsensus internasional yang sudah ada, karena konsensus itu sudah ada, tapi pihak-pihak justru ngotot untuk mengabaikannya, ini bisa buat operasi seluruh masyarakat internasional dan kalau kepercayaan itu pada tataran atas dasar aturan ini runtuh dunia akan berada di luar biasa," pungkas dia.