Internasional

NU dan Iqbal Institute Teken Kerja Sama Penguatan Ponpes-Madrasah di Pakistan & Indonesia

Rab, 24 Agustus 2022 | 08:30 WIB

NU dan Iqbal Institute Teken Kerja Sama Penguatan Ponpes-Madrasah di Pakistan & Indonesia

Wakil Ketua LKK PBNU Maria Ulfah Ansor (paling kiri) saat berdiskusi dengan cendekiawan Pakistan di Auditorium Allama Iqbal, Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan. (Foto: istimewa)

Islamabad, NU Online

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Islamabad Pakistan bekerja sama dengan International Forum on Indonesia Development (INFID) mengadakan Round Table Discussion yang bertemakan “Opportunities for Educational Insitutions to be the Driving Force Behind Madrassa Reform in Indonesia and Pakistan”.


Acara ini bertempat di Allama Iqbal Auditorium Universitas Islam Internasional Islamabad Pakistan yang terletak di komplek Masjid Faisal, Islamabad, Pakistan pada Senin (22/8/2022). Acara ini dihadiri oleh Nahdlatul Ulama, Cendekiawan Islam dari Iqbal International Insitute for Reaserch and Dialogue (IRD) dan Perwakilan dari Muhammadiyah.


Round Table Discussion ini merupakan inisiasi yang diadakan INFID dengan menggandeng perwakilan dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk mendakwahkan Islam sebagai rahmatan lil alamin dan juga sebagai ajang diskusi terkait sistem pondok pesantren di Indonesia dan Pakistan.


Pertemuan ini juga menghasilkan nota kesepahaman kerja sama untuk memperkuat pondok pesantren dan madrasah di Indonesia dan Pakistan. Nota ini ditandatangani oleh Direktur IRD Husnul Amin, sedangkan NU diwakili oleh Maria Ulfah Ansor, Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU).


Pada kesempatan tersebut, Maria menyampaikan bahwa NU dibangun atas asas pendidikan dari pondok pesantren dan juga memiliki relasi yang kuat antara kajian keislaman dan peradaban.


Karenanya, Ketua Program Doktor Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta ini menegaskan, bahwa santri sanggup menjadi duta Islam dalam berbagai bidang, terutama sebagai agen perubahan. Hal ini dapat terwujud jika digodok dalam sistem serta kurikulum yang benar.


Sementara itu, Anggota Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU Ustadz Kholily Kholil turut menyampaikan, bahwa hari ini santri bukan hanya dituntut untuk menguasai kitab kuning (kajian turats Islami) saja, tetapi perlu untuk membaca kitab putih (kajian sains dan teknologi).


Hal tersebut tidak lain agar para santri mampu bersaing dengan lulusan lain di era global. “Instansi pendidikan Islam serta pondok pesantren harus mampu menjawab tantangan dunia untuk mewujudkan generasi Islam yang moderat dan matang secara akademis,” katanya.


Pada pertemuan tersebut, Rektor Universitas Islam Internasional Islamabad (IIUI) Prof Masoom Yasinzai menyampaikan bahwa Indonesia dan Pakistan memiliki sejumlah kesamaan, khususnya dalam pendidikan. Karenanya, ia menginginkan kerja sama yang baik dua negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia ini, , terutama dengan organisasi masyarakat Islam seperti Nahdlatul Ulama yang juga memiliki pengikut terbanyak di dunia.


“Ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Pakistan terutama dalam sistem pendidikan. Ke depan, kita bisa berkolaborasi untuk meningkatkan kerja sama dalam pembenahan sistem madrasah, pondok pesantren, dan juga turut membentuk generasi muslim progresif dan moderat untuk peradaban dunia,” ujarnya.


Lebih dari 14 cendekiawan Islam Pakistan dari berbagai Instansi turut mengamini pernyataan ini dan sepakat untuk menarik benang merah bahwa pondok pesantren hari ini bukan hanya kawah candradimuka untuk ulama saja, tapi juga bagi para cendekiawan, teknokrat, politisi, peneliti dan juga ahli dibidang sains dan teknologi.


Kontributor : Badat Alauddin
Editor: Syakir NF