Internasional

Melihat Strategi Selandia Baru yang Deklarasikan Menang Lawan Covid-19

Rab, 29 April 2020 | 20:00 WIB

Melihat Strategi Selandia Baru yang Deklarasikan Menang Lawan Covid-19

Meski sudah mendeklarasikan kemenangan, Ardern meminta kepada warganya agar tetap waspada dan melakukan jarak sosial dengan ketat karena belum ada kepastian kapan semua infeksi akan hilang. (Ilustrasi)

Wellington, NU Online
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada awal pekan ini mengumumkan bahwa negaranya telah memenangkan pertarungan melawan virus corona (Covid-19). Ardern tidak sembarangan mendeklarasikan kemenangan melawan Covid-19 tersebut. Pasalnya, hampir tidak ada penyebaran virus baru di Negeri Kiwi tersebut

"Tidak ada transmisi komunitas yang tersebar luas dan tidak terdeteksi di Selandia Baru. Kami telah memenangkan pertempuran ini," kata Ardern, dilansir lama Aljazeera, Selasa (8/4). Selandia Baru merupakan negara pertama yang mendeklarasikan kemenangan melawan Covid-19.

Virus corona pertama kali terdeteksi di Selandia Baru pada 13 Maret lalu. Pada puncak pandemi Selandia Baru hanya mencatat 146 kasus virus corona dalam sehari. Jumlah ini tentu lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain yang populasinya kurang lebih sama dengan Selandia Baru seperti Singapura. Di Singapura, puncak kasus corona bisa mencapai 1.400 per hari. 

Hingga hari Rabu (29/4), Worldometers mencatat bahwa hanya ada 1.474 kasus virus corona di Selandia Baru, di mana 19 orang dinyatakan meninggal dunia dan sebanyak 1.229 orang sembuh. 
  
Meski sudah mendeklarasikan kemenangan, Ardern meminta kepada warganya agar tetap waspada dan melakukan jarak sosial dengan ketat karena belum ada kepastian kapan semua infeksi akan hilang. 

Mulai Rabu, sekitar 400 ribu warga Selandia Baru diizinkan untuk memulai aktivitas bekerja lagi. Sebagian sekolah juga sudah dibuka. 

Sebagaimana laporan BBC, Selasa (28/4), berikut sejumlah strategi yang diterapkan Selandia Baru sehingga bisa menekan penyebaran virus corona. 

Menutup perbatasan
Selandia Baru sangat tegas dalam menerapkan kebijakan penutupan perbatasan pada 19 Maret. Semua aktivitas dan perjalanan dari luar disetop. Langkah ini sangat efektif karena bisa menghentikan kasus yang dibawa dari luar negeri, 33 persen dari kasus Selandia Baru diimpor. Di negara tetangga, Australia, dua pertiga kasus virus corona berasal dari luar negeri. 

"Kita hanya memiliki 102 kasus, tetapi Italia juga pernah mengalami hal itu," kata Ardern ketika itu.

Lockdown dengan langkah yang jelas
Selandia Baru menerapkan lockdown (penguncian wilayah) dengan langkah-langkah yang jelas dan cepat. Pada 21 Maret, Selandia Baru memperkenalkan sistem peringatan publik baru dengan empat tingkat, di mana tingkat tertinggi adalah lockdown total secara nasional dan yang terendah orang harus bersiap.
 
Namun, saat itu keadaan masuk pada tingkat dua, di mana ada risiko penularan komunitas yang terus meningkat. Beberapa hari kemudian, Selandia Baru beralih ke peringatan tingkat empat. Kantor, sekolah, restoran, dan ruang publik seperti tempat bermain dan pantai ditutup. 

Pelacakan dan pengujian
Kementerian Kesehatan mengatakan, 80 persen orang-orang yang memiliki kedekatan dengan mereka yang terinfeksi corona disiagakan selama 48 jam setelah didiagnosis. Mereka bisa melakukan isolasi diri hingga masa inkubasi berlalu. Mereka juga bisa diuji setelahnya. Disebutkan bahwa otoritas terkait menguji 8.000 orang setiap harinya.

Orang-orang juga diminta untuk membuat catatan harian perihal siapa saja yang berinteraksi dengan mereka. Terkait hal ini, Selandia Baru menggunakan sebuah aplikasi pelacakan.

Tetap tinggal di rumah
Warga Selandia Baru diminta untuk tetap berada di dalam area rumah mereka masing-masing pada tingkat empat. Otoritas terkait mengatakan, orang tidak diperkenankan bertemu dengan orang yang berada di luar rumahnya. Mereka juga diminta untuk menjaga jarak dua meter dari siapa pun di luar rumahnya,

Pesan publik yang jelas
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern melakukan siaran langsung via Facebook setelah pengumuman pemberlakuan lockdown. Dia ingin mengecek kondisi seluruh warganya yang akan memasuki masa penguncian. 

Tidak hanya sekali itu, Ardern juga kerapkali melakukan siaran langsung dengan tampilan informal dan selalu tersenyum. Ia merespons setiap pertanyaan yang dilontarkan warganya dengan serius. Ketika konferensi pers, Ardern juga selalu didampingi Dirjen Kesehatan Kementerian Kesehatan Ashley Bloomfield.
  
Prof Sanjaya Senanayake dari Universitas Nasional Australian memuji pemerintah Selandia Baru—dalam hal ini Ardern dan Bloomfield—atas kejelasan pesannya selama krisis. 

"Saya pikir ketika kamu mendengar perdana menterimu menyampaikan informasi yang masuk akal dengan cara yang tenang maka itu akan membantu kamu merasa tenang," katanya.

Sementara Profesor Michael Baker dari fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Otago menyebut Ardern sebagai seorang pemimpin yang empatik dan komunikator yang brilian. Menurutnya, warga Selandia Baru mempercayainya karena ucapannya masuk akal. 

Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan