Internasional

Mahasiswi Jinan University: Taat Agama, Virus Corona Jangan Disikapi Berlebihan

Sab, 8 Februari 2020 | 05:00 WIB

Mahasiswi Jinan University: Taat Agama, Virus Corona Jangan Disikapi Berlebihan

Mahasiswi semester IV jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Jinan Suasana di Guangzhou, China. (Foto: NU Online/Faisal)

Jember, NU Online

Virus corona tidak hanya menghunjam kegalauan yang luar biasa bagi China, tapi juga menggemparkan dunia. Sebab, belum genap sebulan sejak kemunculannya, virus yang berasal dari Wuhan Provinsi Hubei, China itu, kini sudah merenggut tak kurang dari 300 jiwa. Jumlah tersebut kemungkinan akan terus bertambah mengingat saat ini ribuan orang terkonfirmasi terjangkit virus corona di negeri tirai bambu itu.

 

Menurut salah seorang mahasiswi di Jinan University, Guangzhou, China, Arofatul Uqufa, meski sebelumnya kabar tentang munculnya virus corona tiak begitu ditanggapi, namun akhirnya sungguh menimbukan keresahan. Secara umum, keadaan di China mencekam. Arofa mengaku sempat kesulitan mencari makanan di supermarket, kegiatan manusia juga berkurang, sedangkan sayur di pasar, langka.

 

“Kami mahasiswi juga tidak bebas keluar kampus karena takut tertular virus itu,” ucapnya kepada NU Online di kediamannya, Kelurahan Tegalgede, Kabupaten Jember,. Jawa Timur, Sabtu (8/2).

 

Alumnus MA Unggulan Nuris, Jember itu menambahkan, kota Wuhan memang sangat mencekam dan terisolir. Katanya, Wuhan merupakan sentra kuliner daging hewan liar seperti kelelawar, kadal, ular, kalajengking, dan sebagainya. Penikmat kuliner bisa dengan bebas dan puas menyantap daging hewan liar itu di Wuhan.

 

“Kebiasan itu diduga menjadi penyebab lahirnya virus corona,” ujarnya.

 

Arofa menegaskan, meskipun jarak antara Guangzhou dan Wuhan cukup jauh, yakni sekitar 1020 kilometer, namun informasi soal masuknya virus corona ke kota tersebut sudah sangat santer. Karena itu, ia memutuskan untuk pulang kampung dengan biaya sendiri, sekalian sambil berlibur.

 

“Perkuliahan diliburkan (diperpanjang) secara resmi oleh pemerintah China secara darurat. Musim libur semi yang biasanya aktif mulai tanggal 17 Februari karena wabah corona yang semakin merebak sehingga diundur (masuknya) sampai tanggal 24 Februari 2020.” jelasnya.

 

Mahasiswi semester IV jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Jinan University itu, baru tiba di Indonesia, Rabu (5/2). Ia memastikan akan kembali ke China jika kondisi kesehatan negara tersebut telah membaik. Dikatakannya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan dari kasus virus corona itu.

 

“Yang paling penting kita sudah berusaha menghindar dan melaksanakan perintah agama, dan menjauhi larangannya. Daging hewan yang tidak halal, jangan dimakan, kebersihan harus dijaga. Ya sudah, kita pasrah kepada Allah,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi