Hong Kong sebenarnya sering dikunjungi para pendakwah Indonesia, baik yang mengadakan syiar dan tabligh tentang Islam rahmatan lil alamin maupun yang mengadakan konser amal kemanusiaan dengan mendatangkan para pecinta shalawat dan nasyid.
Hari Rabu, 17 Januari lalu, Buruh Migran Indonesia (BMI) menyambut kedatangan rombongan habaib dan asatidz dari Kota Apel, Malang, Jawa Timur. Mereka mengadakan kegiatan di Aula Umum di Chai Wan Hong Kong, daerah bagian utara dari kota Hong Kong.
Hadirnya para habaib tersebut dengan mendendangkan Shalawat Nabi Muhammad SAW menambah khusuk sekitar 1000 jamaah yang hadir. Mereka hadir sebagai ekspresi kecintaan terhadap baginda Rasulullah SAW.
Semarak shalawatan menjadi tren baru bagi Muslim di Hong Kong. Bermunculan kelompok-kelompok shalawat dengan berbagai alat tabuh yang mereka miliki. Mayoritas mereka yang tergabung dengan berbagai Komunitas Shalawat adalah orang-orang Jawa.
Ada banyak kisah tentang kedatangan rombongan ataupun individu yang mengunjungi Hong Kong. Mereka haruslah memiliki kelengkapan data dalam kunjungan kemana pun.Â
Banyak cerita tentang kedatangan orang-orang Indonesia yang datang ke sana selalu di tolak dikarenakan mereka tidak memiliki penjamin kedatangan, ataupun karena tujuan kedatangan yang tidak jelas; bekerja, belajar atau berwisata. Banyak di antara mereka yang terdeportasi pulang kembali ke Indonesia.Â
Dengan demikian pemberkasan haruslah lengkap saat memasuki Kota Hong Kong. Berbeda saat memasuki Macau, tak seketat memasuki Hong Kong.Â
HIPSI menjadi Sahabat Perjalanan
Bersama rombongan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI), saya pun menyempatkan diri mengunjungi Macau dan berdakwah sejenak.
Perjumapaan dengan HIPSI berawal setelah beberapa hari berada di Kota Hong Kong dalam rangkaian silaturahim dan konsolidasi bersama PCINU yang dipimpin oleh Ustadz Abdul Razak, ada rombongan dari Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) bertolak kembali ke Kota Macau karena ticketing mereka berangkat kembali ke Indonesia via Macau. Terjadwal pemberangkatan mereka pada Kamis pagi sekitar jam 10.40 menit waktu setempat.
Keberangkatan kami setelah menginap di apartemen di bilangan tengah kota sekitar MGM Tower cukup menaiki bus gratis yang disediakan oleh pemerintah setempat. Fasilitas bus gratis dan jaringan free WIFI yang memadai di setiap sudut kota memudahkan setiap orang yang berkunjung ke sana.
Bersama rombongan kami pun diajak untuk dapat lebih mengenal dan tahu sebagai bahan dakwah tentang Kota Macau sesungguhnya dan hiruk pikuk kehidupan yang ada di Kota Macau.
Rencana dakwah kami bersama majelis taklim di sana selama 3 hari. Â Di Macau kami juga sekaligus mendampingi Gus Ghozali, Cak Abdul Basith dan Cak Mamad berkeliling kota Macau untuk mencari sedikit oleh-oleh dan berjalan-jalan berkeliling kota.Â
Pada Kamis pagi 18 Januari, Gus Ghazali dan Cak Basith pulang lebih awal dikarenakan banyaknya tugas dan urusan yang harus mereka selesaikan di organisasi yang mereka pimpin, sehingga kami bersama Cak Mamad lebih santai.Â
Di Macau kami terpukau pada berbagai bentuk bangunan gedung berdesain mall sebagai tempat berbelanja dan berekreasi semua tamu manca negara maupun penduduk lokal yang berwisata. Desain kotanya serupa dengan tempat-tempat seperti di Kota Venesia, Italia.Â
Para pengunjung telihat nyaman untuk berkeliling bahkan berfoto-foto dengan spot berselfie ria yang sangat banyak. Kemudian ada Parisian yakni sebuah desain gedung juga berarsitek ala Prancis yang sengaja dibuat dan dibangun untuk menyerupai kota Paris Prancis yang sesungguhnya dengan menambah icon khas negara tersebut dengan Menara Eifel-nya.Â
Kami pun memanfaatkan momen-momen selama di sana dengan semaksimal mungkin. Terakhir kami memasuki tempat yang luar biasa dengan disambut ramah para penjaganya yang menyapa baik dan lembut yakni dengan memasuki tempat yang dikenal dengan nama Studio City yang merupakan lokasi syuting film-film Hollywood diantaranya Batman is Back in the Darknight, Jurassic Park II, dan beberapa film animasi lainnya.
Hingga waktu menunjukkan pukul 16.45 waktu Macau kami pun meluncur ke bandara Macau Airport untuk proses pulang beliau ke Indonesia via Malaysia pada hari itu. Cak Mamad pun pulang ke Indonesia dengan naik pesawat Air Asia pada pukul 19.40.
Macau yang Penuh Hiburan Permainan dan Nasihat untuk BMI
Kalau mau diurut dari semua tempat yang kami datangi di Macau dapat dikatakan di tempat wisata dan rekreasi apa pun di kota Macau berbentuk fasilitas umum baik berupa mall maupun perhotelan dan lainnya yang sering dikunjungi oleh para turis manca negara. Pengunjung disuguhi kasino yang tersebar di tempat-tempat tersebut.
Kasino di Macau diibaratkan permainan yang sengaja Pemerintah Macau sediakan untuk memberi kepuasan bermain dan kesenangan dalam mengadu nasib.Â
Kasino itu mereka peruntukkan bagi turis-turis manca negara maupun orang lokal yang memiliki uang yang lebih dan dihambur-hamburkan demi kesenangan. Pertaruhan dalam bermain kasino memiliki berbagai tingkatan dalam bermain, yang kami amati dan perhatikan mereka memiliki kelas-kelas (tergantung uang di saku dan dompet), mulai dari tingkat standar, premium hingga diamond.Â
Setelah seharian berkeliling tamasya ke Venesian, Parisian dan Studio City, malamnya kami berkesempatan untuk bersilaturahim sekaligus mengisi taklim kegiatan yang ada di sana, yang sudah dijadwalkan oleh Pimpinan Majelis Taklim (Matim).
Rangkaian kegiatan kami adalah Khataman Al-Qur’an 30 Juz, Pembacaan Surat Yasin dan Surat-surat pilihan bagi yang kurang lancar membaca Al-Qur’an, pembacaan shalawat Nabi Muhammad SAW, Dzikir Munajat dan ditutup dengan Tausiyah Motivasi.Â
Dengan mengharap ridha Ilahi Robbi penuh kekhusukan dan ketenangan dalam berdoa, kami pun berpesan kepada para BMI untuk lebih giat dan bersemangat lagi dalam berkegiatan berjamaah, seperti silaturrahim di Mesquita E Cemeterio Macau.
Kami berjumpa dengan berbagai saudara Muslim yang bekerja di sana yang berasal dari Pakistan, Bangladesh, Mali Afrika Tengah. Kami pun membahas berbagai hal terkait kondisi mereka dan kebijakan-kebijakan para majikan dan berbagai macam kegiatan dalam kebersamaan yang mereka lakukan dari satu majelis ke majelis lainnya.Â
Para Buruh Migran Indonesia (BMI) sendiri, menurut saya setidaknya memiliki berbagai sifat dan sikap yang baik.
Mereka memiliki ketaatan yang tinggi terhadap perintah Ilahi, dalam arti mereka tetap melaksanakan ibadah rutinitas shalat wajib sebagaimana mestinya yang dikuatkan dengan melaksanakan hal-hal yang sunah seperti puasa Senin-Kamis, qiyamul lail, shalat Dhuha, bersedekah dan amalan shaleh lainnya.
Alhamdulillah mayoritas majikan mereka yang non-Muslim memberikan ruang dan gerak untuk dapat melaksanakan ibadah amaliyah keseharian.
Mereka harus legowo dalam kondisi apa pun, seperti menjaga sifat sabar dalam mengasuh anak-anak majikan, tabah dengan cacian para majikan jika tidak setuju kalau mereka melaksanakan shalat, berdisiplin dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan.
Ada hal penting yang harus mereka pikirkan pada masa yang akan datang, setidaknya mereka memiliki ancang-ancang pasca menjadi BMI di negeri orang/negeri seberang. Mereka setidaknya memiliki harapan mulia yang mereka lakukan saat ini adalah demi kepentingan pada masa yang akan datang.
Mereka menabung dan menyimpan dari sebagian gaji yang mereka miliki. Bisa dibayangkan dengan gaji bersih sekitar 7 juta-8 juta rupiah setiap bulan.
BMI laki-laki biasanya bergaji lebih banyak, bisa mencapai 10-20 juta. Mereka bekerja sebagai staff di hotel, penjaga dan pembersih kebun, serta mayoritas menjadi sopir para majikan.
Tanggal 23 Januari saya pun kembali ke Indonesia. Seminggu di Hong Kong dan Macau, bagi saya pribadi, ada nilai-nilai keseharian yang didapat, yaitu kedisiplinan pribadi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan; kecepatan dalam melaksanakan tugas dengan gesit, lincah dan proaktif; sikap menghargai waktu yang ada dengan bijak dan baik; menghormati orang-orang yang ada disekitar mereka dengan ramah dan santun.
Pelajaran lainnya adalah budaya antre saat naik kendaraan, apa pun jenis kendaraannya; pekerjaan dan Tugas adalah tanggung jawab utama; usia tua bukan masalah untuk bersemangat dalam bekerja; kebersihan lingkungan selalu terjaga dengan baik dan maksimal; dan memperioritaskan keamanan dan kenyamanan dalam pembangunan gedung bertingkat yang baru. (Red Kendi Setiawan)