Internasional

Dampak Perubahan Iklim, Biden Sebut Prediksi DKI Tenggelam dalam 10 Tahun

Sab, 31 Juli 2021 | 04:45 WIB

Dampak Perubahan Iklim, Biden Sebut Prediksi DKI Tenggelam dalam 10 Tahun

Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Foto: CNBC)

Jakarta, NU Online

Warga dunia beberapa pekan terakhir dikejutkan oleh cuaca ekstrem mematikan dalam bentuk banjir bandang, cuaca panas, cuaca dingin bersalju, dan kekeringan. Bencana alam tersebut melanda sejumlah negara seperti Jerman, Yunani, Belgia, Belanda, Inggris, China, India, Bangladesh, Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil.


Informasi mutakhir menurut laporan kantor berita Jerman Deutsche Welle, sedikitnya 209 orang tewas di Jerman dan Belgia akibat banjir besar baru-baru ini. Upaya pemulihan rumah, bisnis, dan infrastruktur yang rusak diperkirakan menelan biaya miliaran euro.


Sejumlah pakar dan ilmuwan menyoroti perubahan iklim dan pemanasan global sebagai sebab terjadinya bencana-bencana tersebut.


Alasan itu yang mendorong Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut perubahan iklim menjadi tantangan pertahanan AS saat ini. Dikutip dari CNN, Biden menyampaikan hal itu saat berpidato di Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS pada Selasa (27/7) lalu.

 


“Perubahan iklim jadi ancaman terbesar Departemen Pertahanan AS saat ini,” ungkap Joe Biden.


Kemudian Biden menyebut soal proyeksi kemungkinan ibu kota Indonesia, DKI Jakarta bakal tenggelam dalam 10 tahun ke depan. Hal ini terkait dengan fenomena perubahan iklim yang jadi salah satu faktor Indonesia berencana memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan.


"Apa yang terjadi di Indonesia jika perkiraan itu benar, bahwa dalam 10 tahun, mereka kemungkinan harus memindahkan ibu kota karena tenggelam?" ujar Biden dalam pidatonya seperti yang diunggah di situs resmi Gedung Putih.


Biden sebenarnya sedang memaparkan bahaya perubahan iklim dan cara mengantisipasinya. Namun, ia tak menjabarkan lebih lanjut dasar analisis proyeksi Jakarta tenggelam tersebut.

 


Di Jerman, banjir besar menewaskan setidaknya 160 orang dan 31 orang lainnya di Belgia dua pekan lalu. Bencana tersebut telah memperkuat pesan bahwa perubahan signifikan harus dilakukan untuk mempersiapkan peristiwa serupa ke depannya.


Pemerintah Jerman menyoroti pemanasan global sebagai penyebab bencana tersebut. Di Eropa, perubahan iklim kemungkinan akan meningkatkan jumlah badai besar yang dapat bertahan lebih lama di satu area dan menimbulkan banjir seperti yang terlihat di Jerman dan Belgia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 30 Juni dalam jurnal Geophysical Research Letters.


Saat atmosfer menghangat dengan perubahan iklim, ia juga menahan lebih banyak kelembaban, yang berarti bahwa ketika awan hujan muncul, lebih banyak hujan akan datang.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon