Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Belajar Toleransi dari Italia

Sel, 27 Juni 2017 | 11:04 WIB

Italia adalah negara penuh peradaban. Bukan hanya olahraga sepak bolanya yang melegenda, tetapi keagamaan dan budaya tetap dijaga. Banyak kota-kota di Italia yang menjadi landmark atau brand iconic dunia, salah satunya adalah Pisa yang terkenal dengan menaranya yang miring. Orang biasa menyebutnya menara miring Pisa.

Roma yang merupakan sumber peradaban kuno juga dikenal sebagai kerajaan Romawi Kuno. Colloseum yang sering kita baca sebagai tempat diadunya para gladiator sampai mati, juga istana dan benteng Kaisar Nero yang terkenal sangat sadis. Roma sampai hari ini masih menyimpan rapi bukti-bukti sejarahnya. Dahulu kota ini terkenal dengan Imperium Romawi. Banyak benteng kokoh sebagai tembok pertahanan.

Sebagai warga Indonesia, saya berbangga dengan Indonesia. Di kota Roma ini, Indonesia memiliki kantor di pusat kota yang strategis. Tidak banyak negara yang dapat memiliki atau menempati kantor sebagai kedutaan di Via Campania, Kota Roma ini, karena mungkin saja di sekitar gedung di sini sudah tidak boleh lagi dimiliki sendiri.

Selain Indonesia yang kantor kedutaannya berkedudukan di Via Compania, adalah Amerika Serikat dan Jepang yang kantor kedutaannya di zona yang tak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan ini.

Toleransi di Itali, terlihat  seperti di Milan, Roma, dan Vatikan yang tampak sangat damai. Sering adanya undangan dialog keagamaan dari Vatikan untuk Muslim di Roma agar menjaga keharmonisan, kerukunan antarumat beragama, dan keutuhan kebangsaan. Begitu yang diceritakan oleh Adnan kepada saya.

Adnan adalah seorang staf KBRI yang juga ahli hukum Islam. Kepada saya, ia banyak menjelaskan toleransi di Roma. Banyak pemuka agama di Vatikan yang bahkan lebih tahu tentang hukum-hukum dalam keislaman dibandingkan umat Islam sendiri di sini. Sebagai Muslim seharusnya kita termotivasi untuk mempelajari keislaman lebih banyak, dengan menyediakan waktu untuk membaca dan belajar Al-Qur’an.

“Sebagai Muslim yang minoritas, yang berada di negara dengan mayoritas Katolik, haruslah tetap berbuat baik, sopan santun, dan berakhlak baik,” kata Adnan.

Ia pun menyarankan kepada saya setiap menyampaikan ceramah Ramadhan tidak menyentuh masalah-masalah yang berbau politik, apalagi masalah-masalah hubungan negara yang diplomatik. Tidak memberikan keterangan-keterangan yang memancing kerisauan umat Islam. Apalagi di sini background mereka berbeda-beda.

***

Lebaran di Italia tidak semegah dan semeriah di kampung halaman, Indonesia. Takbiran pun dibatasi, menghormati tetangga yang sedang istirahat. Begitu juga dengan izin mengadakan keramaian kepada polisi setempat. Jangan tanyakan tentang takbir keliling di Italia, itu jelas tidak ada.

Beruntung bagi diaspora Muslim Indonesia di Roma, karena KBRI menyelenggarakan shalat Idul Fitri di halaman wisma dan difasilitasi oleh Nadwah Ukhuwah Roma (NUR) yang bekerja sama dengan Dompet Dhuafa.

Saya berkesempatan mengimami dan memberikan khutbah Idul Fitri. Saya sampaikan judul khutbah, “Menjadi Manusia Ramadhan yang Mandiri dan Rabbani”. Judul itu sengaja saya pilih yang berisi uraian bagaimana pemantapan tauhid kita bersama.

Karena suasana lebaran masuk musim panas, ini jadi ujian juga, terutama ujian pandangan. Panasnya menyengat, karena suhu di Roma pada akhir bulan Juni ini mencapai 31 derajat.

Bagi penduduk Italia, ini waktunya berlibur. Sekolah libur tiga bulan lebih. Yang punya uang banyak bisa liburan ke luar negeri. Yang uangnya pas-pasan liburan di pantai sekitar Italia. Bagi saya ini agak aneh. Saat  panas mereka ke pantai berjemur. Saat musim dingin mereka ke gunung. Bukannya malah tambah panas ketika musim panas, dan tambah dingin ketika musim dingin?

Diaspora Indonesia, terutama para mahasiswa ada yang pulang kampung ke Indonesia. Karena musim panas ini, adalah libur panjang di Italia. Libur bulan Juni hingga pertengahan September.

Para pekerja di Italia ada yang bisa mengambil cuti, ada juga yang tidak bisa mengambil cuti, tergantung bidang pekerjaannya. Mereka yang bisa ambil cuti, bisa jalan-jalan menikmati indahnya pemandangan alam Italia. Italia juga terkenal dengan batu alamnya. Granit, marmer, keramik, semuanya terunggul di dunia. Batu alam Italia terkenal kokoh dan cantik. Marmer dan bebatuan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, sebagian besar berasal dari Italia.

Banyak lokasi yang bisa dikunjungi di Italia saat libur lebaran. Colloseum di Roma, tempat para gladitor diadu dengan hewan sampai mati. Pantheon, gereja tua yang dibangun pada tahun 27 Masehi. Trevi Fountain, air mancur yang mitosnya pengunjung akan balik ke Roma jika melempar koin ke dalam kolamnya. Menara miring Pissa, termasuk gereja-gereja besar di sekitar Roma. Eldumo di Milan. Stadion-stadion sepak bola Sansiro, Turino, Olimpico. Begitu juga wisata  sejarah  di Napoli, Kampung Pompeyy. Ada juga wisata air Venesia.

Sayangnya saya tidak bisa menyusuri keindahan Venesia dan Pompeyy. Padahal keduanya adalah wisata terkenal di Italia yang bisa dijadikan sebagai wahana tadabbur alam. Venesia adalah wisata kampung air yang dapat dibilang terbaik di dunia. Pompeyy adalah kampung yang penduduknya berbuat maksiat dan langsung diazab dengan lahar panas gunung Vesuviius di Napoli.

Menurut orang-orang yang sudah sampai ke sana, Irwanda, staff KBRI salah satunya, sisa-sisa sejarahnya masih utuh. Kerangka mereka terlhat seperti berbuat maksiat waktu dulu. Memang letaknya sangat jauh dari kota Roma. Membutuhkan waktu 7-8 jam perjalanan dengan bus atau 5-6 jam dengan kereta. Harus kuat fisik juga menyusuri keindahannya.

Mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan memang penting, sebagai bentuk membaca kebesaran ciptaan Allah yang memang harus dijadikan pelajaran.

Tetapi, lebih penting lagi, karena suasana masih dalam Idul Fitri adalah mengunjungi orangtua, kerabat, teman, dan keluarga. Itu yang lebih utama, sebagaimana Rasulullah bersabda, “Siapa yang mau diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, sambunglah silaturrahmi,” (HR Muslim).


H Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.