1.200 Manuskrip Nusantara di Inggris Tunggu Tangan Terampil Santri
Ahad, 1 Desember 2019 | 15:45 WIB
Filolog Muhammad Nida Fadlan mengatakan bahwa santri punya kans potensial untuk mengkaji khazanah tersebut. Pasalnya, santri sudah memiliki modal bahasa setidaknya untuk mendalami dan meneliti hal tersebut.
“Santri punya modal bisa membaca bahasa yang ditulis di manuskrip,” katanya saat menjadi narasumber pada Kajian Online yang digelar oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Inggris di Southampton, Inggris, Ahad, (1/12).
Tidak hanya di Inggris Raya, manuskrip Nusantara juga tersebar di beberapa negara lain dan tentu saja yang masih terdapat di Indonesia sendiri. Di perpustakaan Universitas Leiden, misalnya, kata Nida, terdapat lebih dari 26 ribu naskah. Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Indonesia menyimpan tak kurang dari 11 ribu naskah.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan bahwa manuskrip tidak saja menyimpan pengetahuan keagamaan, sejarah, ataupun kesusastraan, tetapi banyak hal lain, seperti khazanah kuliner, pengobatan, hingga kebencanaan. “Manuskrip itu pintu ke mana saja,” katanya.
Soal hal terakhir, kebencanaan, Nida menjelaskan bahwa manuskrip sudah berbicara mengenai likuifaksi yang bakal terjadi di Palu, Sulawesi Tengah. Perihal kuliner, Perpusnas pernah menggelar seminar pangan dalam manuskrip. Artinya, manuskrip dapat berbicara mengenai ketahanan pangan bangsa Indonesia.
Selain itu, tentu saja dalam hal keagamaan, para santri dan pengkaji manuskrip dapat menjelajahi pemikiran para ulama lebih luas lagi. Para ulama terdahulu sudah menulis kajian keislaman dengan bahasa-bahasa lokal. Artinya, ada proses akulturasi di sana.
“Kita punya keragaman dalam konteks keislaman, saya kira bersepakat bahwa Islam masuk ke Nusantara bawa pengetahuan dan penulisan,” katanya dalam diskusi bertema Khazanah Manuskrip Nusantara di United Kingdom: Peta Kajian dan Peluang Risetnya itu.
Santri, kata Nida, dapat masuk ke dunia atau bidang apa saja yang disukainya. Ia menunjukkan bahwa manuskrip bisa menjadi peluang penelitian bagi para santri guna mendalami bidang yang ditekuninya.
“Tantangan berikutnya adalah membunyikan manuskrip itu dalam konteks keilmuan yang ditekuni,” ujar alumnus Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat itu.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia Hadapi Yordania di Piala Asia U-23 2024
6
Usai Gowes 90 KM, Rombongan GP Ansor Ziarah Makam Mama Cibogo di Cibarusah
Terkini
Lihat Semua