Menjawab Trilemma Epicurus, Tiga Pertanyaan Dilematis dari Ateis
NU Online · Kamis, 8 November 2018 | 08:30 WIB
Abdul Wahab Ahmad
Kolomnis
- Apakah Tuhan mau, tapi tidak mampu melenyapkan kejahatan (evil)? Kalau ya, berarti Dia tidak Maha-Kuasa.
- Apakah Tuhan mampu, tapi tidak mau melenyapkan kejahatan? Kalau ya, berarti Dia tidak Maha-Pengasih.
- Jika Tuhan mampu dan mau melenyapkan kejahatan, mengapa masih ada keja-hatan sampai sekarang? Dan, jika Tuhan tidak mampu dan tidak mau melenyap-kan kejahatan, kenapa masih disebut Tuhan?
- Apakah Tuhan mau, tapi tidak mampu melenyapkan kejahatan (evil)? Tuhan sangat mampu melakukan hal itu sebab kemampuan Tuhan memang tak terbatas. Hanya saja memang Tuhan membiarkan kejahatan tetap ada untuk tujuan tertentu. Bahkan bukan hanya membiarkan, kejahatan atau segala musibah adalah justru ciptaan Tuhan itu sendiri.
- Kalau mampu tapi tak mau melenyapkannya berarti Tuhan tidak Maha-Pengasih? Tuhan punya kehendak mutlak yang tak terbatas. Kehendak Tuhan tak bisa diatur-atur manusia. Terserah Tuhan mau mengasihi siapa dan mau mencelakakan siapa. Sifar Pengasih sendiri bukanlah sifat yang wajib bagi sosok Tuhan. Tuhan bebas sebebas-bebasnya untuk mengasihi siapa yang dikehendakinya dan menghukum siapa yang dikehendaki. Meski demikian, Dia tetaplah Tuhan.
- Bila Tuhan “wajib” untuk mengasihi semua orang, maka berarti kekuasaan dan kehendak-Nya tidaklah bebas sebab masih diatur-atur oleh pihak yang mewajibkan itu. Jadi, justru penanya yang berusaha mengesankan bahwa Tuhan wajib mengasihi seluruh manusia itulah yang mendegradasi kemuliaan Tuhan.
- Jika Tuhan mampu dan mau melenyapkan kejahatan, mengapa masih ada keja-hatan sampai sekarang? Pertanyaan ini tidak relevan sebab mau tidaknya Tuhan melakukan hal itu adalah hak prerogatifnya sebagai Tuhan. Manusia tak bisa mengatur Tuhan harus melenyapkan kejahatan. Terserah Tuhan mau menciptakan Iblis, kejahatan, penyakit, kematian atau kecelakaan sebagai ujian bagi para hambanya.
- Keberadaan semua yang jahat dan tidak enak itu bukan karena Tuhan tak mampu menghilangkannya tetapi karena Dia menggunakan hak prerogatifnya untuk berbuat apa pun yang Ia mau. Pada akhirnya, yang sabar dan lulus ujian tetap akan mendapat balasan yang terbaik di Surga kelak. Kasih sayang Tuhan tak hanya bisa diukur di dunia tetapi juga nanti di akhirat. Boleh jadi Tuhan membuat seseorang sengsara di dunia, tetapi memuliakannya nanti di akhirat.
- Jika Tuhan tidak mampu dan tidak mau melenyapkan kejahatan, kenapa masih disebut Tuhan? Pertanyaan ini gugur dengan sendirinya sebab status ketuhanan tak bergantung pada adanya kejahatan. Tuhan bebas menciptakan kejahatan atau kebaikan dan meski begitu Ia tetap Tuhan. Demikian juga yang bukan Tuhan, tetap tak akan menjadi Tuhan hanya gara-gara dia melenyapkan kejahatan.
Terpopuler
1
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Inses dalam Islam: Dosa Terbesar Melebihi Zina, Dikecam Sejak Zaman Nabi Adam!
Terkini
Lihat Semua