Ini kisah yang pernah dialami seorang kawan di Solo. Suatu ketika, dia ikut tarawih di sebuah masjid.
Sesaat sebelum mulai tarawih, seperti biasa Bilal mengumandangkan seruan salat tarawih:<>
“Shollu sunnata at-tarawih rak’ataini jami’atan rahimakumullah”
Tiba-tiba ada salah seorang jamaah yang menyela seruan tersebut.
“Ini jelas bid’ah. Tidak ada di zaman Nabi,” tegasnya.
Lalu terjadilah perdebatan kecil. Satu sama lain mengeluarkan argumennya. Sampai salah seorang jamaah ada yang nyeletuk.
“Njenengan, melarang seruan tarawih dengan bahasa Arab. Nah, kalau sekarang diganti kalimatnya dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa: Ayo solat tarawih atau monggo salat taraweh, boleh tidak?” tanya jamaah itu.
“Oh, kalau itu boleh-boleh saja,” jawab pembid’ah.
Akhirnya tarawih berjalan kembali, tentunya dengan seruan yang tak lagi “bid’ah”. (Ajie Najmuddin)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
Membaca Pajak Lewat Kacamata Fiqih NU
4
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
5
Ekoteologi dan Siri' na Pacce: Etika Lokal Atasi Krisis Lingkungan
6
Gempa Magnitudo 4,9 di Bekasi, Terasa di Jakarta
Terkini
Lihat Semua