Semalaman, para Muktamirin (peserta muktamar) membahas problem-problem tidak ringan seperti demokrasi terpemimpin, sosialisme, dan ekonomi terpimpin.
Pada hari terkahir Muktamar, KH Wahab Chasbullah yang kala itu hendak iqolah (demisioner) dari jabatannya sebagai Rais ‘Aam PBNU, menyampaikan pidato rapat pleno.
Kiai Wahab melihat sidang pleno kurang semarak karena muktamirin terlihat loyo, padahal saat itu masih pagi. Maklum, semalaman mereka membahas persoalan-persoalan cukup berat yang harus direspon NU pasca Dekrit Presiden 1959.
“Assalamu’alaiku warahmatullahi wabarakaatuh,” ucap Kiai Wahab yang dijawab muktamirin ala kadarnya.
Melihat suasana seperti itu, Kiai Wahab segera berseloroh, “Salamnya satu kali saja ya, tidak usah tiga kali, karena saudara-saudara masih lelah.”
Pernyataan spontan Kiai Wahab itu disambut tawa muktamirin. Sidang pleno kembali cair dan segar seperti udara yang berhembus pagi itu.
*) Disarikan dari “Fragmen Sejarah NU” (Abdul Mun’im DZ, 2017)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua