Suatu kesempatan, Gus Dur bercerita.
“Saya diundang ceramah untuk acara halal bi halal di sebuah universitas terkenal di Jakarta,” Gus Dur mulai bercerita.
<>“Saya datang ke lokasi terlambat, karena macet,” lanjut Gus Dur.
“Pas saya datang, sang rektor universitas sedang sambutan. Di tengah sambutan, sang rektor memberi ucapan selamat datang pada saya.”
“Hadirin, Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mahasiswa-mahasiswi, dan para tamu undangan semuanya, mari kita sambut kedatangan KH Abdurhman Wahid atau Gus Dur, Sang Doi Besar dari Nahdlatul Ulama, dengan berdiri,” cerita Gus Dur menirukan sang rektor.
Ketika sang rektor dan Gus Dur duduk berdampingan di kursi depan, sang rektor bertanya:
“Pak Gus Dur,tadi kok ketika saya sambut, Anda tersenyum-senyum sendiri?” tanya rektor penasaran.
“Hehehe.. Pak Rektor, yang benar itu dai, bukan doi,” jawab Gus Dur sambil senyum-senyum.
“Oooh.. Maaf Pak Gus Dur, saya lupa,” kata sang rektor tersipu-sipu.
“Ah, ndak apa-apa, Pak. Kan doi dan dai sama-sama pujaan hati?” kata Gus Dur. Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. (Hamzah Sahal)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua