Humor

Alasan Abu Nawas Pura-pura Gila di Depan Raja

Sab, 29 Mei 2021 | 15:45 WIB

Alasan Abu Nawas Pura-pura Gila di Depan Raja

Ilustrasi humor Abu Nawas. (Foto: Pinterest)

Pada suatu hari ketika ayah Abu Nawas, sang penghulu istana sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggil Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.

 

Berkata bapaknya, "Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku." Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. Ia cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.


"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"


"Benar Bapak!"


"Ceritakan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku ini," pinta bapak Abu Nawas.


"Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"


"Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?" ucap sang ayah.


"Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini," kata Abu Nawas.


"Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah risiko menjadi Qadi (Penghulu). Jika kelak kau suka menjadi Qadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Qadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Qadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Qadi."


Itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi qadi. Seorang qadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara.


Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Qadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekadar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal. (Fathoni)