Sudah menjadi tradisi di kalangan Nahdliyin, untuk mengisi waktu antara dua rakaat shalat tarawih dengan dua rakaat yang lain, seseorang yang ditunjuk sebagai bilal membaca bacaan-bacaan tertentu. Misalnya bershalawat atau membaca nama salah satu khalifah empat (khulafa’ur rasyidin).<>
Tradisi itu adalah siasat cerdas para ulama’ terdahulu untuk meminimalisir terjadinya kegaduhan yang tidak perlu, atau ngobrol yang tidak jelas juntrungannya di sela-sela shalat tarawih.
Suatu hari Fatih mendapat tugas menjadi bilal di langgar pesantren Isma’iliyah, Sepanjang-Sidoarjo. Sejak awal menjadi bilal Fatih sudah memperlihatkan gugup dan grogi.
Pada saat selesai rakaat ke-10, bacaan yang dibaca oleh seorang bilal biasanya. “Al Khalifatuts Tsany Sayyiduna Umarubnul Khattab,” tetapi Fatih membaca “Al Khalifatuts Tsalits Sayyiduna Utsmanubnu Affan”.
Tiba-tiba muncullah teguran dari temannya bahwa yang dibaca Fatih itu keliru. “He, belum waktunya Utsman”. Maka Fatih pun berusaha memperbaiki bacaannya. Dia pun melafadzkan “Al Khalifatuts Tsany Sayyiduna Utsmanubnu Khattab”. Sontak tertawalah para jamaah, dan Fatih pun celingukan karena berusaha menerka apa yang menyebabkan para jamaah tertawa. Setelah diam sejenak, dia pun tersenyum simpul menyadari kekeliruannya. Nah. (Muhammad Nuh)
Terpopuler
1
Inalillahi, Tokoh NU, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia KH Imam Aziz Wafat
2
Aksi ODOL Tak Digubris Pemerintah, Sopir Truk Mogok Kerja Nasional Mulai 13 Juli 2025
3
Mas Imam Aziz, Gus Dur, dan Purnama Muharramnya
4
Gus Yahya: Sanad adalah Tulang Punggung Keilmuan Pesantren dan NU
5
PM Spanyol Sebut Israel Dalang Genosida Terbesar Abad Ini
6
Al-Azhar Mesir Kecam Pertemuan Sekelompok Imam Eropa dengan Presiden Israel
Terkini
Lihat Semua