Fragmen

Waperdam KH Zainul Arifin dan Presiden Sukarno Berangkat Haji (Bagian 1)

Sel, 28 Juli 2020 | 01:00 WIB

Waperdam KH Zainul Arifin dan Presiden Sukarno Berangkat Haji (Bagian 1)

Dari kiri ke kanan: KH Masykur, KH Zainul Arifin, Presiden Sukarno dan Presiden Mesir Abdul Gamal Naser shalat Jumat di Masjid Agung Nasional Mesir tahun 1955

Tiga bulan seusai berlangsungnya Konferensi Asia- Afrika di Bandung bulan April 1955, KH Zainul Arifin dalam kapasitasnya sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam) pemerintah Kabinet Ali-Arifin mendampingi kepala negara Presiden Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa negara di kawasan Asia (Singapura, Thailand, India, dan Pakistan), Jazirah Arab (Persatuan Arab Emirates dan Irak) serta Mesir di Afrika dan mengakhirinya dengan menjadi tamu negara Kerajaan Saudi sekaligus melaksanakan ibadah haji untuk pertama dan terakhir kalinya. Ikut dalam rombongan berjumlah 31 orang itu beberapa pejabat negara diantaranya: Menteri Agama KH Masykur, Ruslan Abdulgani, Achmad Subarjo dan para ajudan serta pengawal presiden serta wartawan. 


Menyongsong peringatan kelahiran KH Zainul Arifin ke 111, akan dibahas rinci catatan perjalanan kenegaraan yang berlangsung selama 18 Juli - 4 Agustus 1955 itu dalam dua bagian tulisan. Bagian pertama mengupas kisah kunjungan bersejarah rombongan ke Mesir, sedangkan bagian lainnya menguraikan jadwal kegiatan Presiden Sukarno ketika menunaikan ibadah haji akbar di Tanah Suci.


Mampir ke Singapura hingga Irak
Rombongan berangkat meninggalkan bandara Kemayoran pada 18 Juli menggunakan pesawat Garuda G-40 menuju Singapura. Di negeri jiran tersebut Presiden dan rombongan menemui masyarakat Indonesia yang tinggal di sana. Selanjutnya kunjungan non-formal di Bangkok. Sedangkan di New Delhi India, kunjungan agak lebih formal dengan Perdana Menteri Jawarhal Nehru menyambut Sukarno di Bandara didampingi dubes Indonesia untuk India, LN Palar.

 

Tidak berlama-lama perjalanan langsung berlanjut berturut-turut singgah di Karachi, Pakistan, kemudian Sharjah di Persatuan Arab Emirates dan Baghdad, Irak. Tidak banyak ditemukan rincian kunjungan ke negara-negara tersebut selain keterangan bahwa perjalanan pesawat kala itu memang harus terputus-putus sedemikian rupa. Memerlukan 2 hari sebelum rombongan mendarat di Kairo, Mesir.


Menginap di Istana Raja
Tanggal 20 Juli 1955, Presiden Sukarno beserta rombongan tibalah di Kairo, Mesir dan kunjungan kenegaraan berlangsung sampai 5 hari lamanya. Sambutan resmi di bandara secara militer dipimpin langsung oleh Presiden Mesir, Abdul Gamal Nasser. Sedangkan KH Zainul Arifin diterima resmi oleh mitranya Waperdam Mesir, Gamal Salim.


Surat kabar Mesir Al-Ahram melaporkan sambutan yang gegap gempita dari rakyat Mesir yang mengelu-elukan Sukarno sepanjang perjalanan dari bandara menuju tempat menginap rombongan di Istana Kerajaan Mesir Koubbeh yang sangat megah dan indah. 


"Seolah seluruh rakyat Mesir keluar rumah menyambut kedatangan Presiden Indonesia. Sepanjang jalan yang dilalui Presiden Soekarno dipenuhi rakyat segala umur", tulis koran Al-Ahram.


Keesokan harinya, tetamu negara dari Indonesia dibawa mengunjungi Museum Nasional Mesir, melihat mumi para Firaun dilanjutkan dengan lawatan ke piramida. Hari ketiga, Jumat, 22 Juli 1955, saat Presiden Sukarno dan anggota-anggota rombongan lainnya solat Jumat di Masjid Agung Kairo, jamaah masjid mendoakan para tamu negara asal Indonesia yang sedang dalam perjalanan ke Tanah Suci guna melaksanakan ibadah haji.

 

Acara kemudian dilanjutkan dengan menaiki kapal menyusuri Sungai Nil hingga ke Delda Barrages. Malamnya, Presiden Sukarno beserta rombongan menghadiri Perayaan Hari Kemenangan Nasional di kawasan Jumhuriah Square. Sukarno lantas didaulat untuk berpidato di depan rakyat Mesir yang membanjiri perayaan, disambut oleh pidato kenegaraan Presiden Gamal Abdul Nasser.


Dalam kesempatan itu pula, Waperdam Zainul Arifin mengundang Waperdam Gamal Salim untuk menghadiri dan menjadi Tamu Kehormatan Negara dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 10 di Jakarta. 


Koran berbahasa Belanda Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-07-1955 menulis: 

'Wakil Perdana Menteri Mesir diundang (Wakil Perdana Menteri Zainul Arifin ) sebagai tamu negara dari Pemerintah Indonesia untuk menghadiri 17 Agustus di Jakarta. (Gamal Salim) akan tinggal di Indonesia dua minggu dimana Mesir juga akan berpartisipasi dalam pameran perdagangan internasional ketiga di Jakarta yang akan dibuka 18 Agustus sekaligus untuk mengkonsolidasikan hubungan perdagangan antara Mesir dan Indonesia’.‘


Undangan ini spontan diterima oleh Gamal Salim. Ketika beberapa minggu kemudian Gamal Salim melakukan kunjungan ke Indonesia, KH Zainul Arifin sendiri menyambutnya di Kemayoran dan membawa tamu negara tersebut menemui Sukarno di Istana Bogor.


Bintang Nisyah
Hari terakhir di Mesir, dipandu oleh Letkol Anwar Sadat para tamu negara dibawa berwisata ke daerah Alexandria di pesisir laut Mediterania. Dari sana, rombongan Presiden RI kemudian dijamu pertunjukan demonstrasi kekuatan Pasukan Angkatan Bersenjata Mesir di lapangan El Jumhuria. Selanjutnya, Presiden Gamal Abdul Nasser menganugerahi Sukarno dan KH Zainul Arifin bintang kehormatan Republik Mesir, Bintang Nisyah. Sedangkan, sebagaimana dilaporkan harian Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 25-07-1955:


Ulama Besar dan Rektor Universitas Al Azhar menghadiahi Presiden dan Waperdam RI salinan Quran langka yang dicetak di atas kertas linen. Rektor Al Azhar juga mengantar rombongan menuju bandara dan melepas tetamu negara berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.


Penulis: Ario Helmy
Editor: Abdullah Alawi