Fragmen

KH Hasyim Adnan: Orator Ulung dan Aktivis Dakwah di Jakarta

Sen, 13 Januari 2020 | 01:15 WIB

KH Hasyim Adnan: Orator Ulung dan Aktivis Dakwah di Jakarta

KH Hasyim Adnan sedang menyampaikan ceramah di salah satu daerah di Jakarta pada 1977. (Foto: keluarga).

Bagi umat Islam di Jakarta era tahun 80-an tentu tidak asing dengan sosok dai kondang ini KH Muhamamd Hasyim Adnan, BA (1939-1988 M). Tulisan namanya dengan ejaan lama adalah Hasjim sehingga ditulis juga dengan KH Muhammad Hasjim Adnan, B.A. Sedangkan B.A. adalah singkatan dari Bachelor of Arts, gelar akademik untuk sarjana muda yang diraih ketika selesai kuliah. Namun ia terkenal dengan nama KH Hasyim Adnan.

Saya bersyukur diminta ahli waris untuk menuliskan profil dan kiprahnya dikarenakan memang tulisan yang mengulas dirinya sangat jarang sekali. Padahal KH Hasyim Adnan adalah dai, orator, yang terkenal di zamannya, aktivis NU dan pendidik umat. Tulisan saya ini dimuat di buku berjudul Tokoh Dakwah Jakarta Edisi Perdana yang diterbitkan oleh Koordinasi Dakwah Islam (KODI) Provinsi DKI Jakarta bulan Desember tahun 2019. Saya diizinkan oleh ahil waris untuk memuat tulisan tentang profil dan kiprah KH Hasyim Adnan ini di NU Online.

Saya awali tulisan saya tentang KH Hasyim Adnan ini dari kehebatan retorikanya dalam berdakwah karena menjadi daya tarik tersendiri dan memberikan kesan yang mendalam bagi yang melihat dan mendengarkan ceramah-ceramahnya. Pembawaannya saat berceramah begitu tenang. Setiap kata yang keluar dari lisannya begitu jelas, urut.
 
Sesekali kata-kata dia dirangkai menjadi kalimat yang jenaka-sering juga dalam bentuk pantun-yang terkadang berisi kritik sosial sehingga mengundang gelak tawa yang menghibur orang yang mendengarkannya. Selain kalimat-kalimat ceramahnya dikemas dengan jenaka, ceramahnya juga komunikatif sehingga tidak membosankan, tapi tetap tidak mengurangi pesan dakwah yang dia sampaikan. 

Tema-tema ceramahnya sebenarnya merupakan tema-tema yang berat untuk disampaikan dan terkadang berisi peringatan (nadziran). Namun dia mampu mengemasnya dalam kerenyahan yang dapat dinikmati oleh orang awam.
 
Ia mengambil contoh masalah sehari-hari yang terjadi di masyarakat. Pilihan katanya sangat mudah dipahami siapa saja dari berbagai usia. Walhasil peserta ceramahnya merasa tidak digurui olehnya dan menjadi betah, tidak akan beranjak dari tempatnya di saat dia berceramah sampai selesai. Ini menjadi ciri khasnya dalam berceramah yang dirindukan siapa pun yang pernah mendengarkan ceramahnya.

Dia memiliki jadwal pengajian rutin yang dia adakan dalam bentuk tabligh akbar setiap malam Sabtu. Pengajian ini berlokasi di Jalan Pramuka yang saat ini menjadi jalur lambat. Tujuan dia mengadakan pengajian dengan format tabligh akbar ini bukan hanya untuk menjadi panggungnya untuk berdakwah, tetapi juga dimaksudkan untuk mengkader dai-dai muda. Di pengajian tabligh akbar malam sabtuannya ini, dia mengajak dai-dai muda untuk naik panggung dan ceramah juga.  Sampai hari ini, di media sosial seperti YouTube, kita masih bisa menikmati video ceramahnya.

KH Hasyim Adnan bukan hanya terkenal sebagai seorang dai kondang, orator ulung, soerang hafidz (penghafal Al-Qur`an), tetapi juga ulama dan aktivis dakwah yang terkemuka, aktivis NU dan politikus dari partai Islam di Jakarta ketika itu.
 
Dia juga terkenal sebagai ulama yang mempunyai karamah. Dia sering dimintai tolong untuk mendoakan orang sakit atau kesusahan. Banyak juga yang minta air kalau ada seorang wanita keluarga mereka sulit melahirkan. Dan biasanya, entah dengan bacaan apa saja, begitu diberi minum air yang diberikan KH Hasyim Adnan, tidak berapa lama kemudian bayi pun akan keluar dengan mudah.

Dia salah seorang pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI), termasuk dari pendiri Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan salah seorang pendiri Ittihadul Muballighin selain KH Ahmad Syaikhu dan KH Syukron Ma`mun. Dia juga terlibat dalam pembangunan Masjid Istiqlal. Dia juga salah seorang penceramah Tabligh Akbar Bulanan Ittihad di Masjid Jami Matraman, Jakarta Pusat bersama Habib Syekh Al-Jufri, KH Syukron Ma`mun, dan KH Ahmad Syaikhu.
 
KH Hasyim Adnan juga termasuk salah seorang tokoh pendidikan Islam di Ibu Kota. Ia mendirikan Akademi Ilmu Dakwah (Akidah) yang kini menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah yang berlokasi di Jalan Kayu Manis, Jakarta Timur. Lulusannya telah banyak menjadi dai dan daiyat kondang, seperti Ustadz Subki Al-Bughury dan Ustadzah Quratul `Ayun. (bersambung...)
 

Rakhmad Zailani Kiki, Sekretaris RMI PWNU DKI Jakarta