Nasional

PKD GP Ansor di Jaksel Gali Spiritualitas Ulama Betawi dan Nasionalisme

Sen, 6 Januari 2020 | 07:15 WIB

PKD GP Ansor di Jaksel Gali Spiritualitas Ulama Betawi dan Nasionalisme

Peserta PKD GP Ansor Setiabudi dan GP Ansor Kebayoran Lama di Makam KH Zainuddin MZ, Jaksel. (NU Online/Syakir NF).

Jakarta, NU Online
Di tengah derasnya hujan yang mengakibatkan banjir di sejumlah titik, tidak menghentikan langkah Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda Ansor Setiabudi dan Kebayoran Lama untuk terus melakukan kaderisasi. PAC GP Ansor Setiabudi dan Kebayoran Lama menggelar Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) pada Jumat-Ahad (3-5/1) di Yayasan Nurul Falah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Selain materi ke-NUan dan kepemimpinan, para peserta juga diajak untuk menggali spiritualitas dengan berziarah langsung kepada ulama Betawi di Jakarta Selatan, yakni Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1994-1999 Muallim KH M Syafii Hadzami dan Dai Kondang KH Zainuddin MZ.

Para peserta dan panitia pun menembus hujan yang begitu deras turun menyelimuti Jakarta Selatan. Dengan khidmat, mereka merapal tahlil, shalawat, dan ayat-ayat suci yang dikirimkan langsung untuk kedua tokoh tersebut dengan harapan curahan berkahnya mengalir kepada mereka.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Jakarta Selatan Muhammad Anwar menyampaikan bahwa kegiatan ziarah pada para ulama tersebut sebagai napak tilas guna meresapi perjuangan para ulama terdahulu dalam mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah dan berkiprah di tengah masyarakatnya.

“Harapannya, mereka dapat menyerap spirit dan spiritualitas para ulama besar Betawi untuk meneruskan perjuangan mereka menyemai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah,” katanya.

Tak hanya itu, para peserta juga dibekali materi kebangsaan melalui nilai-nilai Pancasila yang disampaikan oleh RME Tjokrosantoso. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Barisan Pelopor itu menyampaikan bahwa Pancasila bukan sekadar toleransi. Lebih dari itu, Pancasila merupakan prinsip kebangsaan Indonesia atas dasar ketuhanan, keadilan, persatuan, kesetaraan, permusyawaratan, dan pengayoman terhadap seluruh elemen bangsa.

Dalam perumusan tersebut, ada sosok KH Abdul Wahid Hasyim mewakili kelompok Islam yang memiliki peran penting. Dari situ, ia mengatakan bahwa Nahdlatul Ulama berjasa besar dalam menyatukan Indonesia. Terbukti dengan menerima usulan untuk menghapus tujuh kata pada sila pertama yang disahkan pada 18 Agustus 1945.
 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan