Daerah

Ziarah ke Makam Anggota Pasukan Pangeran Diponegoro di Desa Criwik Rembang

Rab, 11 Agustus 2021 | 03:30 WIB

Ziarah ke Makam Anggota Pasukan Pangeran Diponegoro di Desa Criwik Rembang

Ziarah dan tahlil makam leluhur Desa Criwik, Kecamatan Pancur, Rembang, Jawa Tengah, Selasa (10/8/2021). (Foto: dok istimewa)

Rembang, NU Online

Datangnya bulan Muharram 1443 Hijiriah, disambut dengan berbagai cara oleh masyarakat di berbagai daerah. Mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, peringatan 1 Muharram diadakan dengan lebih sederhana dan penerapan protokol kesehatan yang ketat, namun tanpa mengurangi niat dan makna.

 

Seperti di Desa Criwik, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada Selasa (10/8/2021). Dalam rilis yang diterima NU Online, pada pagi hari warga desa melakukan ziarah ke makam leluhur mereka, yaitu Ki Ageng Criwik atau Ki Ageng Sutisna, serta istrinya yakni Nyai Ageng Silogati. Kedua tokoh ini wafat sekitar tahun 1490. Selain itu ada juga makam Pangeran RP Kamboro salah satu anggota pasukan Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1830. Di sana warga juga melakukan tahlil untuk para leluhur tersebut.

 

Abdullah Hamid, dari Pustaka Sambua menceritakan sejarah Lasem dan Criwik. Menurutnya sangat penting bagi generasi saat ini untuk menelusuri sejarah kampungnya. Hal itu akan membangun jati diri dan identitas suatu bangsa.

 

"Akan tergali potensi wisata religi, semakin terkenal nama Desa Criwik.  Sekaligus tapak tilas perjuangan leluhur, sejalan dengan spirit HUT Kemerdekaan RI," Abdullah Hamid menyebut manfaat mempelajari sejarah kampung dan leluhur.

 

Berdasarkan buku Carita Lasem ditulis Raden Kamzah pada 1858 M yang merupakan cucu RP Margono, Abdullah Hamid menjabarkan bahwa ratu atau Bhre Lasem I diperintah oleh Sri Rajasa Dewi Indu, sepupu Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Sri Rajasa Dewi Indu yang membawahi vasal atau negara bagian Lasem disebut juga dalam Kitab Kertagama.

 

Sri Rajasa Dwi Indu memiliki cucu Badra Nala, beristrikan Binang Ti, Putri Campa yang seorang Muslimah dan anak juru mudi kapal Cheng Ho.

 

"Dari pernikahan itu menurunkan Mbah Brawut atau Wira Bajra Adipati Binangun tahun 1469 M, besan Sunan Ampel. Menurunkan Mbah Brayut atau Wiranegara penyebar Islam pertama di Lasem. Setelah wafat digantikan istrinya, Nyai Ageng Maloka, menjadi Ratu Lasem tahun 1490 Maseih. Nyai Ageng Maloka adalah mbakyu (kakak perempuan) Sunan Bonang yang ikut berdomisili dan dimakamkan di Lasem. Nyai Ageng Maloka memiliki anak bernama Putri Solechah, yang menjadi istri Raden Fatah," tutur Abdullah Hamid.

 


Putra Badra Nala yang lain yaitu Santri Badra atau Wilwatikta memiliki sepuluh anak. Anak pertama yaitu Santi Puspa menjadi Adipati Lasem setelah wafatnya Nyai Ageng Malokah. Dikenal juga dengan nama Syaikh Abubakar. Ini berdasarkan namanya di makam Caruban.

 

Anak kesepuluh bernama Santi Kusuma, kemudian bergelar Sunan Kalijaga. Anak kesembilan, seorang putri bernama Silagati atau Nyai Ageng Silogati, istri Ki Ageng Criwik atau Ki Ageng Sutisna.
 

"Santi Puspa punya cucu bernama Santi Wira yang punya anak bernama Mbah Srimpet atau Tejakusuma I, Adipati Lasem sampai tahun 1632 M, mertua dari Mbah Sambu atau Sayyid Abdurrahman. Makam keduanya di Komplek Makam Masjid Jami Lasem yang didirikannya," lanjut pemerhati sejarah Lasem ini.


Dijelaskan juga, Mbah Srimpet mempunyai dua cucu yaitu R Wigit atau Tejakusuma III dan Raden Wingit atau Guling Wesi atau bernama Pangeran Kajoran atau bergelar Panembahan Rama. Makamnya berada di Sendangcoyo. Raden Wingit berputra Ki Ageng Sumilir yang setelah wafat dimakamkan di Gowak. Kedua cucu Mbah Srimpet itu secara kesatria gugur dibunuh VOC pada tahun1678 dan 1680 M. 


Sementara Adipati Lasem Tejakusuma III, IV dan V dimakamkan di Brangkal Jolotundo. Adapun Tejokusuma II makamnya berada di Girilaya Ngayogyakarta.

 

Abdullah Hamid juga menuturkan semangat para leluhur Lasem dalam mempertahankan tanah airnya. "Putera Tejokusuma V yaitu RP Margono pada bulan Agustus 1750 mengumpulkan rakyat di Alun-alun Lasem. Ia mengeluarkan sumpah prasetya untuk menumpas VOC," ujarnya.

 

Semangat itu didukung oleh para ulama atau tokoh agama pada masa itu. "Sehabis shalat Jumat kemudian Kiai Ali Baidlowi di Masjid Jami Lasem menyerukan perang sabil melawan Belanda. Akhirnya perang pun pecah. Diikuti juga Widyaningrat atau Oei Ing Kiat, seorang Tionghoa Muslim," bebernya.

 

Ditambahkan bahwa Kiai Ali Baidlowi merupakan wareng atau keturunan kelima Mbah Srimpet yang makamnya berada di Kompleks Masjid Jami Lasem.

 

Pada kesempatan itu dilakukan juga serah terima figura silsilah tokoh sejarah Lasem kepada Kades Criwik, Sampurno, serta peresmian gapura makam.

 

Kades Criwik, Sampurno menyatakan kompleks makam akan difasilitasi pembangunan sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di atas tanah wakaf warga bernama Lasman. Saat ini sudah terkumpul bantuan dana pembangunan senilai Rp6 juta. Ustadz Munawir, tokoh agama setempat menyatakan setelah rampung pembangunan MCK akan dilanjutkan pembangunan mushala di sebelah makam.


Kades juga menyampaikan amanat Habib Anis Syahab Jakarta yang pernah ziarah makam ini bersama KH Ahfas Faishal beberapa bulan lalu agar diadakan tahlil rutin tiap malam Jumat Pahing.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan