Daerah

Syekh Ibrohim Demak Lahirkan Banyak Pejuang Aswaja di Nusantara

Jum, 25 September 2020 | 15:00 WIB

Syekh Ibrohim Demak Lahirkan Banyak Pejuang Aswaja di Nusantara

Kegiatan haul Syekh Ibrohim Yahya, Mranggen, Demak, Jateng (Foto: NU Online/Samsul Huda)

Demak,  NU Online

Meski tidak sempat berkiprah secara langsung dalam mengembangkan Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) di masyarakat, namun peran Syekh Ibrohim Brumbung, Mranggen, Demak, Jawa Tengah sangat besar dalam menyiapkan kader ahlussunnah waljamaah yang tangguh sehingga mampu membesarkan NU.

 

Pengasuh Pesantren Al-Amin Suburan, Mranggen, Demak KH Ali Mahsun mengatakan, peran dan andil  Syekh Ibrohim berhasil mencetak kader ahlussunnah wal jamaah melalui kegiatan pengajian syariat dan thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyah. 

 

"Syekh Ibrohim mengajarkan kepada santri-santrinya untuk selalu menanamkan  mahabbah kepada auliya dan ulama yang melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membangun akhlak sehingga tercipta masyarakat yang shaleh," kata Kiai Mahsun di komplek makam Brumbung, Mranggen, Demak, Kamis (24/9).

 

Kiai Mahsun mengatakan hal itu ketika menyampaikan mauidhah hasanah dalam acara haul Syekh Ibrahim Yahya Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah  dan pendiri Pesantren Ibrohimiyyah Desa Brumbung, Kecamatan Mranggen Demak.

 

"Syekh Ibrohim semasa hidupnya berhasil menanamkan kecintaan santri dan masyarakat kepada auliya melalui pengajian syariat maupun thariqah di pondoknya. Di kemudian hari santri-santrinya banyak yang menjadi tokoh NU dan pesantren yang tangguh mengikuti jejaknya, salah satunya KH Muslih Abdurrahman Pesantren Futuhiyyah Mranggen," ucapnya.

 

Maka lanjutnya, wajar kalau tradisi haul semakin memasyarakat meski oleh pihak lain tradisi haul dipropagandakan oleh kelompok tertentu sebagai ajaran bid'ah dan syirik.  Namun dengan kesabaran para kiai NU termasuk santri-santri Syekh Ibrohim dalam menjelaskan kepada jamaahnya menjadikan agenda haul auliya dan ulama terus berlangsung hingga sekarang.

 

"Propaganda itu mental, santri-santri dan dzuriyah Syekh Ibrohim berhasil membangun benteng ahlussunnah wal jamaah, salah satu melalui kegiatan haul," tegasnya. 

 

Salah satu cucu Syekh Ibrohim Gus Ramadlan di sela acara haul mengatakan, Syekh Ibrohim yang wafat tahun 1926 saat nyantri di Makkah Al-Mukarramah  menerima baiat sebagai mursyid thariqah dari Syekh Abdul Karim Albantani, salah satu murid dari Syekh Khatib Sambas pendiri thariqah qadiriyah wa naqsabandiyah.

 

"Setelah kembali ke tanah air Syekh Ibrohim langsung berdakwah mengajarkan ilmu syariat dan thariqah di daerah Semarang, Kendal, Demak, dan sekitarnya," jelasnya. 

 

Di kemudian hari banyak santri-santri yang mengikuti jejaknya membimbing masyarakat melalui NU, pondok pesantren, dan Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman).

 

"Mohon doa kepada nahdliyin terutama para santrinya santri Simbah Ibrohim agar para dzuriyah dan masyarakat Desa Brumbung Mranggen bisa melanjutkan jejak langkah perjuangan beliau," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz