Daerah

Pesantren Denanyar Peringati Haul Ke-11 Gus Dur Berdasarkan Tahun Hijriyah

Sel, 1 September 2020 | 14:30 WIB

Pesantren Denanyar Peringati Haul Ke-11 Gus Dur Berdasarkan Tahun Hijriyah

Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar KH Abdussalam Shokhib saat menyampaikan sambutan pada acara Haul Gus Dur. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Berbeda dengan umumnya, peringatan Haul ke-11 almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur berdasarkan tahun hijriyah. Biasanya Haul Presiden ke-4 Republik Indonesia itu diselenggarakan setiap bulan Desember. 
 
"Kami sengaja menyelenggarakan Haul Gus Dur dengan tanggal hijriyah karena budaya di pesantren, seperti Ploso, Denanyar dan Haul Mbah Mutamakin ketika menghauli ulama menggunakan tanggal hijriyah," jelas Pengasuh Pesantren Denanyar KH Abdussalam Shokhib, Senin (31/8).
 
Ia menjelaskan, acara Haul Gus Dur yang dipusatkan di Masjid Jami Mamba'ul Ma'arif ini diisi dengan pembacaan tahlil, yasin kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa dan ditutup dengan pembacaan manaqib Gus Dur. Semua santri mengikuti kegiatan ini hingga selesai. 
 
"Setiap tahun kami menyelenggarakan Haul Gus Dur berdasarkan tanggal hijriyah. Ini untuk mempertahan budaya Haul ulama," ungkap Kiai Salam.
 
Alumni Pesantren Al-Falah Ploso ini menjelaskan tujuan Haul Gus Dur ini untuk mengingatkan sejarah perjuangan Gus Dur, terutama jejak perjalanannya. Pasalnya Gus Dur adalah sosok yang komplit, ia adalah tokoh intelektual, politikus, dan ulama yang sangat berpengaruh di Indonesia. 
 
Apalagi Gus Dur diperkuat dari segi nasab, baik dari jalur bapak dan ibu. Gus Dur sendiri wafat pada tanggal 30 Desember 2009 berdasarkan penanggalan masehi dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng.
 
Kedekatan Gus Dur dengan Pesantren Denanyar cukup kuat dari jalur ibu. Ibunya, Hj Sholihah adalah putri dari pendiri Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, KH Bisri Syansuri. Gus Dur lahir pada tahun 1940 di Denanyar.
 
"Gus Dur ini pembawa lokomotif pembaruan di Nahdlatul Ulama, menjadi ketua PBNU dan jadi andalan dalam polemik masalah ketidakadilan. Ini patut kita kenang dan kita lanjutkan perjuangannya, terutama generasi muda," ujarnya.
 
Kiai Salam menambahkan, selain ahli dalam bidang agama, Gus Dur juga ahli dalam bidang politik. Bahkan sangat disegani dalam kancah perpolitikan dunia. Gus Dur ikut mendirikan PKB yang hingga kini masih eksis.
 
"Perjuangan politik yang dengan kepiwaiannya, kecerdasannya dan ilmunya mampu mencapai puncak karier sebagai presiden tanpa mengandalkan politik uang. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Gus Dur," tandas Kiai Salam.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin