Sehat dan Sempat, Nikmat yang Sering Lewat Tak Teringat
NU Online · Ahad, 21 April 2019 | 09:30 WIB
Berbagai nikmat dalam kehidupan telah diberikan Allah kepada manusia. Jika pun nikmat ini akan dihitung, tak kan mampu manusia untuk menghitungnya. Dari tak terhitungnya nikmat yang diterima, ada dua nikmat yang sering dilupakan manusia. Nikmat sehat dan nikmat sempat lah yang sering tidak disyukuri manusia.
Hal ini dijelaskan KH Lukman Hakim Hamid (Gus Lukman), Pengasuh Pondok Pesantren Al Hamid Cilangkap, Jakarta saat memberi mauidzah hasanah pada acara Khatmil Kutub Pondok Pesantren Nurul Yaqin Pardasuka, Pringsewu, Lampung, Ahad (21/4).
"Sehat itu tidak bisa dibeli dengan uang. Seperti nafas kita, apa nafas bisa dibeli?. Sampai-sampai Imam Ghazali menegaskan setiap nafas dari hembusan nafas kita adalah mutiara yang tak ternilai harganya. Mari syukuri ini di antaranya dengan terus beribadah kepada yang memberi nafas," jelasnya.
Nikmat kesempatan juga sering disia-siakan oleh manusia. Seharusnya menurut alumni Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur ini, nikmat kesempatan harus dimaksimalkan di antaranya untuk terus mencari ilmu.
"Mari gunakan kesempatan yang diberikan Allah untuk Ngaji. Ngaji itu simbolnya warga NU. Ada orang nggak mau ngaji, NU nya dipertanyakan," kata Gus Lukman di depan para santri dan masyarakat kabupaten berjuluk Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis ini.
Selain mensyukuri nikmat Allah, Gus Lukman juga mengingatkan jama'ah untuk senantiasa menjaga hati dari hasutan setan yang setiap saat mengganggu manusia. Mengutip Imam Ghazali, Gus Lukman menjelaskan bahwa ada empat cara setan masuk dengan cepat ke dalam hati manusia.
"Empat cara setan dengan cepat masuk ke hati kita adalah ketika kita dalam situasi empat hal yakni marah, iri, kekenyangan, dan sombong," katanya pada Khatmil Kutub yang dihadiri Bupati Pringsewu, KH Sujadi.
Sementara ada empat cara untuk mengunci hati agar tidak terasuki setan yakni memiliki lampu yang terang berupa ilmu, berpakaian indah berupa akhlakul karimah, memiliki rumah besar yakni kesabaran, dan kendaraan yang cepat yakni amal shaleh. (Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
2
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Inses dalam Islam: Dosa Terbesar Melebihi Zina, Dikecam Sejak Zaman Nabi Adam!
Terkini
Lihat Semua