Daerah

Sambut Hari Santri, Alumni PMII Unnes Gelar Mujahadah dan Dzikir

Sen, 21 Oktober 2019 | 09:15 WIB

Sambut Hari Santri, Alumni PMII Unnes Gelar Mujahadah dan Dzikir

PMII Unnes (Foto: NU OnlineMukh Imron Ali Mahmudi)

Semarang, NU Online 
Para alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Negeri Semarang (Unnes) berziarah ke makam Kiai Hasan Munadi dan Kiai Hasan Dipuro, Nyatnyono, Ungaran, Semarang. Acara yang bertajuk Reuni Musthofa School of Excelence (MSE) itu diawali dengan mujahadah Ratib al-Haddad dan Rattib al-Atthas.

Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 19-20 Oktober 2019 ini diselenggarakan berkaitan dengan kebangkitan semangat santri menyongsong 1 abad NU agar lebih memberikan manfaat untuk Indonesia dan alam semesta.

Pembina PMII Unnes Moh Yasir Alimi pada kesempatan tersebut membekali para alumni PMII dengan kiat-kiat dalam menjalani kehidupan selepas kuliah dan kehidupan rumah tangga.

Di antara bekal pertama yang perlu disiapkan adalah menata niat. Kehidupan setelah kuliah adalah di antara masa-masa terberat dalam hidup sehingga menuntut kita untuk memiliki niat yang baik. 

Oleh karena itu, menurut Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah ini, sangat penting untuk membingkai segala aktivitas yang dijalani dalam niat mencari ridha Allah.

“Selanjutnya kita juga perlu menghadirkan Allah dan Rasulullah dalam kehidupan kita. Jangan sampai kita menjalani kehidupan seperti orang yang tidak mengenal Allah. Ketika kita memiliki masalah maka Allah lah yang menjadi tempat bersandar. Seperti pesan Maulana Jalaludin Rumi bahwa He never lets down the one who hopes in Him, Allah mencintai orang-orang yang gigih dalam memohon pada Nya,” jelasnya.

Bekal yang ketiga adalah mendisiplinkan pandangan agar mendapat pandangan dari Allah. Dalam sehari Allah menurunkan 360 pandangan yang apabila seseorang memperoleh salah satunya, maka itu adalah suatu keberuntungan yang agung. Untuk mendapatkan itu, kita perlu memantaskan diri dengan memandang segala sesuatu menggunakan pandangan cinta dari Rasulullah dan para ulama shalihin.

“Kita juga dituntut untuk memiliki hati yang baik (qalbun salim). Jangan sampai segala sesuatu yang menimpa kita membuat kita memiliki prasangka buruk (suudzan) terhadap Allah. Sebagaimana ulat-ulat kecil di dalam perut pepohonan yang diberi rezeki oleh Allah, kita juga harus memiliki keyakinan bahwa kita hidup di dunia ini adalah atas kehendak dan undangan dari Allah sehingga mustahil Allah tidak memberesi kehidupan kita,” lanjutnya. 

Pesan yang terakhir adalah agar kita memiliki cita-cita yang tinggi. Jangan sampai kita hanya memiliki keinginan untuk sukses dalam kacamata duniawi saja. Bercita-citalah kaya agar bisa berbagi kepada yang lain. Bercita-citalah pintar agar bisa memberi manfaat yang lebih untuk orang lain. Bercita-citalah menikah agar bisa saling melengkapi dalam berbuat baik di jalan Allah.

“Cita-cita ini penting untuk ditata agar kehidupan kita tidak hampa dan sewaktu-waktu kita dipanggil oleh Allah, tercatat sebagai orang yang memiliki cita-cita besar dan mulia”, tutup Doktor Yasir Alimi yang juga dosen di Universitas Negeri Semarang itu.

Acara ditutup dengan mengamalkan Wirid al Lathif selepas subuh secara berjamaah. Peserta kemudian diberi ijazah Ratib al Athas, Ratib al Haddad, dan Wird al Latif untuk diamalkan oleh para alumni PMII Unnes. Rencananya, kegiatan ini akan diselenggarakan secara rutin untuk memperbarui memperkuat dakwah generasi muda NU. 

Kontributor: Mukh Imron Ali Mahmudi
Editor: Abdullah Alawi