Daerah

Dzikir Menentramkan Diri dan Berpengaruh pada Lingkungan

Ahad, 13 Oktober 2019 | 07:00 WIB

Dzikir Menentramkan Diri dan Berpengaruh pada Lingkungan

KH Hambali pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung. (Foto: NU Online/Muhammad Faizin)

Pringsewu, NU Online
Oktober merupakan bulan istimewa bagi para santri. Terlebih bulan ini, tepatnya pada tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri yang telah ditetapkan pemerintah secara resmi. Eksistensi santri tidak lepas dari pesantren di mana para santri dididik dengan berbagai ilmu agama.
 
Di pesantren, selain ilmu agama, para santri juga dididik jiwanya dengan berbagai amaliah untuk melembutkan hati, memiliki sifat tawadhu dan ketenangan jiwa. Hal ini diajarkan dalam bentuk dzikir atau mujahadah yang diamalkan secara rutin dan diijazahkan pada para santri.
 
"Kehidupan tak lepas dari masalah. Namun ketika masalah datang, biasanya hati jadi tak tenang. Dengan dzikir kepada Allah akan menenangkan hati," demikian pesan KH Hambali pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) di aula kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung, Ahad (13/10).
 
Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu ini pun mengajak para santri dan alumni untuk terus mengamalkan ijazah dzikir dan mujahadah yang telah didapat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar tercipta ketentraman diri yang tentunya akan berpengaruh pada ketentraman lingkungan.
 
Amaliah dzikir ataupun mujahadah ini pun lanjut Kiai Hambali, memiliki sanad (silsilah) sampai dengan Rasulullah SAW. Kejelasan sanad inilah di antara letak keberkahan dari ilmu dan ibadah yang telah dilakukan dan diistikamahkan oleh para santri.
 
"Setiap pesantren biasanya memiliki amaliah mujahadah yang berbeda-beda namun tetap nyambung sanad sampai Rasulullah. Di Pesantren Ploso ada mujahadah Dzikrul Ghafilin. Di Tegalrejo ada mujahadah Nihadul Mustaghfirin," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu ini sembari memberi contoh macam mujahadah dari pesantren tempatnya nyantri.
 
Di era saat ini menurutnya sangat penting bagi umat Islam untuk berhati-hati belajar agama. Jangan sampai salah sehingga ikut dengan majelis yang sanadnya tidak nyambung sampai Rasulullah. Apalagi belajar agama melalui media sosial yang tidak bertatap muka langsung.
 
Bacaan-bacaan dalam mujahadah lanjutnya, memiliki berbagai macam manfaat. Semisal bacaan Al-Fatihah yang mengutip penjelasan Gus Miek (Pesantren Ploso, Kediri, Jatim) mampu menjadi wasilah masuk ke surganya Allah SWT.
 
Terkait dengan hal ini, sekaligus memperingati Hari Santri 2019, pada kesempatan tersebut Kiai Hambali mengajak jamaah Jihad Pagi berdzikir dengan amalan dari Pesantren Tegalrejo, Magelang yakni Mujahadah Nihadul Mustaghfirin. 
 
Mujahadah ini diawali dengan bacaan Fatihah 7 kali dan dilanjutkan dengan istighfar 100 kali, shalawat 103 kali, lailahailla anta 100 kali, la haula 100 kali, Fatihah 7 kali, ayat kursi 7 kali yang pada kalimat wala yauduhu hifdzuhuma wahuwal aliyyul adzin dibaca 49 kali, Al-Ikhlas 11 kali, tahlil 100 kali dan ditutup dengan doa. 
 
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor:Ibnu Nawawi
Â