Pati, NU Online
Awal tahun baru 2019 Pesantren Tahfidz Mathaliul Huda Alkautsar, Pati, Jawa Tengah tidak ditandai dengan libur. Pesantren yang diasuh kiai Muda Pakar al-Quran, KH Ahmad Zacky Fuad Abdillah ini justru mulai menerapkan metode baru dalam pembelajaran Bahasa Arab yang disebut New Ra'sun Sirah.
Metode ini sudah dipakai oleh pesantren-pesantren NU secara turun-temurun, yaitu dengan menghafalkan syair kosa kata Arab bersama terjemahannya. Ra'sun Sirah diambil dari kata pertama yang tertulis pada bait syair tersebut yang artinya kepala. Metode Ra'sun Sirah konvensional hanya menerapkan hafalan dan lantunan syair tersebut dengan berbahasa Jawa.
Menurut Muhammad Niam, Mudir Aam Pendidikan Diniyah Formal PMH Alksutsar, sebetulnya metode Ra'sun Sirah ini bagus dan telah teruji turun-tenuruh, namun mengingat banyaknya santri yang tidak berbahasa Jawa dan tuntutan pembelajaran modern, metode ini perlu dimodifikasi.
Yang pertama adalah memodifikasi bahasa terjemahannya dari bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia. Otomatis ini memerlukan perumusan kaidah penulisan Bahasa Indonesia dengan huruf Arab.
“Umumnya kalangan santri ketika memaknai kitab dengan bahasa Jawa menggunakan huruf Arab Pegon. Ini adalah huruf untuk menulis bahasa jawa dengan huruf Arab. Sayangnya ada beberapa huruf Pegon ini yang tidak dipahami oleh masyarakat Arab modern. Misalnya C ditulis dengan jim titik tiga, G ditulis dengan Kaf titik tiga. Selain itu juga sulit diketik dengan keyboard Arab modern seperti pada komputer dan ponsel. Sesuai kaidah penulisan Bahasa Indonesia dengan huruf Arab yang dibuat, C ditulis dengan Ta' dan Syin, G ditulis dengan Ghin. Masyarakat Arab modern menggunakan cara in, sehingga diharapkan santri sudah terbiasa menulis Bahasa Inggris dengan huruf Arab,” jelasnya.
Modifikasi yang kedua, lanjutnya, adalah metodologinya yang diperkaya sehingga tidak hanya menghafal dan menyanyikan, tetapi juga diikuti dengan latihan mempraktekkan dalam bentuk percakapan dan melatih penulisan. Setelah menulis secara imla' pelajaran harian, santri-santri diajak melantunkan syair kosa kata bersama-sama dengan irama yang dinamis dan menyenangkan.
Kemudian pada sesi berikutnya adalah sesi percakapan, yaitu dengan mempraktekkan kosa kata yang telah ditulis dan dibaca atau dihafal ke dalam bentuk percakapan hidup.
Sistematika penulisan buku New Ra'sun Sirah ini sudah dikemas sedemikian rupa sehingga setiap pertemuan, setidaknya santri menghafal lima bait syair kosa kata yang berisi 10 kosa kata yang tematik.
“Buku New Ra'sun Sirah telah disusun oleh Dewan Asatidz PMH Alkautsar Pati. Rencana ke depan metode New Ra'sun Sirah ini juga akan diadopsi untuk membantu santri dalam memperkaya mufrodatul Qur'an atau kosa kata Al-Qur'an. Ini sudah menjadi kebutuhan kami sebagai pondok tahfidh, tambah Muhammad Niam,” katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, mulai tahun ini PMH Alkautsar mengelola Pendidikan Diniyah Formal dari tingkat Ula, Wustho dan Ulya. Melalui program pendidikan ini santri selain menghafal Quran bisa mengambil materi pelajaran di dalam pondok dengan sistem klasikal, bandongan maupun sorogan dan ketika mereka tamat nantinya mendapatkan ijazah negeri. (Red: Abdullah Alawi)