Daerah

Pembangunan Patung "Nabi Nuh" di Tapteng Lukai Perasaan Umat Islam

NU Online  ·  Jumat, 20 April 2007 | 04:16 WIB

Medan, NU Online
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara H.Abdullah Syah mengatakan pembangunan patung "Nabi Nuh" yang akan dilaksanakan di Bukit Anugerah di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Sumut dapat melukai perasaan ummat Islam yang ada di negeri ini.

Rencana pembangunan patung Nabi Nuh agar dihentikan saja, tidak perlu diteruskan karena dapat menimbulkan masalah bagi ummat Islam yang tidak mau menerima kehadiran patung tersebut, katanya di Medan, Kamis,  ketika dimintai tanggapannya mengenai rencana pembangunan patung Nabi Nuh tersebut.

Patu<>ng Nabi Nuh berukuran besar akan dibangun di Tapteng  di wilayah Pantai Barat Sumatera yang mencapai ketinggian 80 meter, menelan biaya mencapai ratusan miliar rupiah. Peletakan batu pertama pembangunan patung Nabi Nuh akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2007.

Abdullah Syah yang juga Guru Besar pada IAIN Sumut menambahkan, membuat sebuah gambar dan patung para Nabi, apakah itu dalam bentuk lukisan Nabi Muhammad SAW atau Nabi Nuh adalah hukumnya haram dan tidak diperbolehkan.

Membuat sebuah patung, maupun gambar-gambar para Nabi, adalah dapat digolongkan suatu penghinaan terhadap Nabi dan ummat Islam. Nabi-nabi tersebut tidak boleh dibeda-bedakan antara Nabi yang satu dengan Nabi yang lainnya, tindakan yang seperti ini tidak dapat diterima, ujarnya.

Sehubungan dengan itu, katanya, pemerintah di daerah setempat dapat memikirkan secara arif dan bijaksana mengenai rencana pembangunan patung Nabi Nuh.

Dalam pendirian patung tersebut jangan sampai menimbulkan gejolak atau "masalah besar" di daerah Sumut yang  selama ini dikenal sangat kondusif dan tidak ada terjadi keributan.

Lebih lanjut, ia mengatakan, lebih baik rencana pembangunan patung Nabi Nuh digantikan dengan mendirikan bahtera atau kapal Nabi Nuh yang didalamnya ada kelihatan penduduk dan beberapa ekor satwa yang sedang menompang kapal tersebut.

Ini akan mencerminkan nilai sejarah yang cukup tinggi, bahwa kapal Nabi Nuh ikut menyelamatkan manusia dan hewan pada saat terjadinya musibah banjir pada masa lalu.

Pembangunan patung kapal Nabi Nuh dinilai sangat cocok bila dibandingkan mendirikan patung  Nabi Nuh itu sendiri, karena sehebat apapun pelukisnya tidak  mungkin dapat melukiskan wajah aslinya.

Perbuatan yang mencoba-coba kesabaran ummat Islam seperti inilah yang tidak bisa diterima karena itu ummat beragama lainnya perlu menghormatinya, ujarnya. (ant/med)

 

Â