Daerah

PC IPNU-IPPNU Sleman Evaluasi Tahunan dengan “Out Bond”

NU Online  ·  Senin, 6 Agustus 2007 | 07:24 WIB

Sleman, NU Online
Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Sleman melakukan evaluasi kepengurusan yang telah berjalan selama satu tahun ini. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai kinerja pengurus dan program kegiatan serta membuat rekomendasi strategi rencanan satu tahun kedepan. Di ikuti oleh seluruh pengurus PC IPNU-IPPNU Sleman, kegiatan ini di laksanakan dalam bentuk out bond di pantai Kukup Gunungkidul, Sabtu-Ahad (4-5/7) kemarin.

"Kekompakan pengurus mulai berkurang, dan nampak ada kejenuhan sehingga kami menggelar out bond di luar Sleman. Itu-itung refresing," ungkap Dayat Widiaynta, ketua PC IPNU Sleman dalam sambutannya membuka kegiatan kemarin sabtu (4/08/07).

<>

Kegiatan ini sendiri di bagi dalam dua term, diskusi dan evalusi yang di gelar malam hari untuk pengurus PC IPNU-IPPNU dan di lanjutkan out bond pada Minggu pagi yang juga di ikuto oleh beberapa pengurus Anak Cabang (Ancab) di Sleman.

Sebelum evalusai progran kerja dan kepengurusan di mulai, dilakukan diskusi bersama dengan menghadirkan narasumber mantan pengurus PW IPNU DIY periode 2005-2007, M Irfan Chalimy dan Syukron Ma’mun.

Menegukan Orientasi

Pasca kembalinya IPNU-IPPNU ke gerakan pelajar hingga sejauh ini belum merefleksikan respon yang kuat terhadap basis massanya. Berbagai isu dan persoalan pelajar-keremajaan masih belum di garap secara serius oleh IPNU dan IPPNU. Berbagai sisi kehidupan para pelajar terus di ancam, searah dengan menguatnya gelombang globalisasi dan liberalisasi.

Dari sisi budaya, pelajar di hantam dengan budaya pop culture, gaya hidup hedonis, dan konsumeris, sisi pendidikan di hadapkan pada mahalnya beaya pendidikan dan juga privatisasi PTN, semantara dari sudut agama di hantam oleh menguatanya fundamentalisme agama yang saat ini bergerak secara massif di sekolah-sekolah.

Salah satu penyebab kurang pekanya para pengurus IPNU dan juga IPPNU adalah kurang dipahaminya dunia kepelajaran-keremajaan oleh para pengurusnya.

"Kita selama ini kurang memiliki imajinasi mengenai pelajar, mainstream yang di bangun adalah dunia akademis mahasiswa, sehingga berbagai program kerja kurang menyentuh basis massanya, pelajar," ungkap Syukron dalam kesempatan diskusi tersebut.

Salah satu yang bisa dilakukan menurut Syukron adalah dengan membaca dan memahai dunia pendidikan dan pelajar baik dalam konteks nasional dan lokal, sehingga program kerja yang dirancang pengurus benar-benar berorientasi untuk kepentingan pelajar. Hal ini sesuai dengan basis massa IPNU-IPPNU, yang merupakan kader termuda di NU.

M Irfan Chalimy menyepakati bahwa IPNU-IPPNU harus benar-benar menggarap persoalan kaderisasi. Pengurus IPNU-IPPNU harus berani membuat program yang mengarah pada capacity building, meskipun dengan konsekuensi tidak populer. Persoalannya IPNU dan IPPNU terus di hadapkan pada persoalan internal organisasi.

"IPNU-IPPNU, terutama di cabang Sleman dan juga cabang-cabang yang lain di DIY, selalu di hadapkan pada persoalan internal, dari kesolidan pengurus, finansial, tumpang tindih kepengurusan, hingga perebutan kader," jelas Irfan, mantan ketua PW IPNU DIY yang juga penah menjabat sebagai Ketua PC IPNU Bantul.

IPNU dan IPPNU di Sleman dan DIY tentunya di harapkan mampu memberikan kontribusi pada penjagaan citra baik DIY sebagai kota Pendidikan, dengan berpartisipasi pada pembinaan kadernya, pelajar. (ron).