Daerah

Otak-Otak Bandeng Ta'awun Pati, Usaha Rintisan Bu Guru yang Menginspirasi

Sen, 2 Agustus 2021 | 23:30 WIB

Otak-Otak Bandeng Ta'awun Pati, Usaha Rintisan Bu Guru yang Menginspirasi

Foto: dok istimewa

Pati, NU Online
Guru muda bernama Farihatul Luthfiyah (35) ini pagi-pagi sudah membuat status di akun Facebook-nya dengan caption penuh semangat. Meski masih didera pandemi, ia terus mempromosikan usaha rintisannya yang diberi nama Otak-Otak Bandeng Ta'awun khas Pati.


"Ibu-ibu olshop tidak hanya mengurus rumah. Selamat menjemput rezeki, karena rezeki harus dicari, apalagi di masa pandemi. Semoga menjadi amal, kebutuhan terpenuhi, dan hutang terlunasi. Jangan lupa mawas diri, karena Covid-19 masih menghantui," tulisnya di akun FB Farihatul Luthfiyah, Senin (2/8/2021).


Guru Bimbingan Konseling (BK) di SMK Manba'ul Huda Yayasan Pengembangan Madarijul Huda Kembang, Dukuhseti, Pati ini di sela kegiatan belajar mengajar (KBM) memang sedang giat berbisnis olahan ikan bandeng. Produk andalannya itu ia pasarkan melalui medsos.


"Usaha Otak-Otak Bandeng Ta'awun khas Pati ini kami mulai 1,5 tahun yang lalu. Artinya, ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia. Tidak ada alasan khusus kenapa saat itu ingin memulai, hanya karena kami siap aja," ujarnya kepada NU Online melalui ponsel, Senin (2/8/2021).


Luthfi, sapaan akrabnya, bercerita bahwa bisnis rumahan Otak-Otak Bandeng Ta'awun telah lama direncanakan oleh kakak kandungnya. Berawal dari teman-teman dan koleganya yang menyukai masakan tersebut dan ingin menjualnya kembali.


"Kak Farid, kakak saya, melihat peluang besar dalam bisnis otak-otak bandeng. Namun, karena terkendala beberapa hal, impian ini belum juga terwujud. Akhirnya, setelah dipikir masak dan didiskusikan matang, kakak pun mulai dengan meminta saya agar siap mengelola usaha ini," tuturnya. 


"Kakak saya menyiapkan segala macam keperluan, terutama chef atau juru masaknya. Karena bagaimana pun, masakan yang enak harus lahir dari tangan yang enak. Artinya, sudah teruji dan mumpuni dalam masak-memasak," sambung alumnus Fakultas Psikologi Unissula Semarang ini.


Resep leluhur
Luthfi dan kakaknya juga telah memikirkan agar otak-otak bandeng itu berbeda dari produk kebanyakan. Oleh karena itu, ia memakai resep turun-temurun dari leluhur. "Akhirnya, terciptalah Otak-Otak Bandeng Ta'awun seperti sekarang ini dengan resep eyang kami, yaitu memakai telor bebek," ungkapnya.


Menurut dia, perbedaan mendasar antara Otak-Otak Bandeng Ta'awun dengan produk otak-otak bandeng lainnya adalah dari rasanya. "Coba deh bandingkan. Saya pakai telor bebek. Bumbunya juga beda. Saya gak tahu yang lain pakai apa," kata Luthfi.


Tentang nama ‘Ta'awun’, Luthfi mengaku hanya ingin menyamakan nama bisnis online ini dengan nama toko onderdil yang dirintis orang tua. "Numpang tenar ceritanya. Lagi pula, Ta'awun memang landasan orang berdagang, yaitu tolong-menolong. Pelanggan butuh barang, pebisnis butuh uang," selorohnya.


Saat ditanya tentang perjalanan bisnis ketika pandemi Covid-19 masih menghantui, ia mengaku memang ada perbedaan omzet ketika awal-awal memulai. Bagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) seperti Luthfi, ia akui bahwa pandemi ini sangat berdampak terhadap semua aspek, terutama ekonomi.


"Bahan baku ikan naik, bumbu naik, telor naik, apa aja naik. Sementara pendapatan masyarakat menurun. Miris sekali. Tapi alhamdulillah, saat ini kami masih mampu bertahan dengan dua karyawan," ungkapnya seraya bersyukur.


Berbekal keyakinan kuat, bahwa makanan enak itu dibutuhkan semua orang, sementara untuk luar kota masih jarang ditemukan otak-otak, ia yakin usahanya akan lancar. "Insyaallah bisa lah. Kami juga sudah siap resellers. Jadi, kalau aku enggak bisa ngabisin, resellers siap ngabisin," katanya penuh semangat. 


Disinggung soal kiat khusus mempertahankan bisnis rumahan di tengah pandemi, ia mengaku tidak memilikinya. "Hanya usaha dan doa yang kenceng. Tapi tentu saja, harus bisa mempertahankan rasa dan kualitas produk," tandas Luthfi.


PPKM bukan halangan
Di awal-awal pandemi, di sela kesibukan mengelola bisnis rumahan tersebut, ia masih sempat mengajar di sekolah. Namun, saat PPKM Darurat diberlakukan, ia justru bisa lebih fokus mengembangkan bisnisnya.


"Sekolah hari-hari ini kan daring. Jadi, tidak terlalu menyita waktu. Apalagi saya guru BK. Tugas-tugas Ke-BK-an sebagian besar dipegang oleh orang tua siswa," tutur alumnus MAK Banat NU Kudus ini.

 

Sebagai guru, ia sempat berpikir untuk membekali anak didiknya di SMK Manba'ul Huda Kembang dengan ilmu memasak, khususnya otak-otak bandeng. Namun belum terlaksana “Beberapa sempat saya ajak, tapi mereka kurang tertarik,” ujarnya.


Meski demikian, ia senang ketika ada sejumlah siswa dari Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Tegal magang di usaha rumahannya. "Karena harus PKL tapi ada pandemi, mereka boleh milih usaha rumahan. Kebetulan satu siswa tetangga rumah. Daripada jauh-jauh, di sini juga bisa jadi tempat PKL," tuturnya.


Ia menambahkan, selain melayani pesanan di Pati, Otak-Otak Bandeng Ta'awun telah menjangkau sejumlah kabupaten/kota. Antara lain Jepara, Semarang, Yogyakarta, Jakarta, dan Tangerang. 


"Di awal-awal pandemi, banyak yang pesan otak-otak saya. Untuk sekarang, Jakarta dan Jepara masih. Tapi Tangerang lagi sepi. Semarang terkendala PPKM. Jadinya kiriman telat terus," sesal Luthfi.


Sekarang ini, lanjut dia, produk bisnis rumahannya bukan hanya otak-otak bandeng. Akan tetapi ada presto bandeng. "Ke depannya, kami mau mengolah duri bandeng menjadi cemilan yang enak. Dulu pernah bikin serundeng duri. Sayang, respons pelanggan belum terlalu bagus," ungkapnya.


Ia berharap, pandemi segera berakhir, daya beli masyarakat kembali naik, dan semakin banyak resellers yang berlangganan Otak-Otak Bandeng Ta'awun. "Tentu, pengennya hasil olahan kami bisa sampai ke luar Jawa dan disukai banyak orang," pungkas Luthfi. 


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan