Daerah

NU Jateng: MWC dan Ranting NU Harus Rawat Kelangsungan Madrasah Diniyah

Jum, 21 Mei 2021 | 00:30 WIB

NU Jateng: MWC dan Ranting NU Harus Rawat Kelangsungan Madrasah Diniyah

Rais PWNU Jateng, KH Ubaidullah Shodaqoh (Foto: NU Online/Samsul Huda)

Semarang, NU Online 

Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) se-Jawa Tengah diminta menaruh perhatian serius dalam upaya memelihara dan merawat keberlangsungan aktivitas madrasah diniyah yang dikelola Nahdliyin maupun Jamiyah NU di perkampungan atau lingkungannya.

 

Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, madrasah-madrasah diniyah di perkampungan berperan besar dalam membantu pondok-pondok pesantren salafiyah untuk mencetak santri dalam menguasai kitab-kitab kuning.

 

"Madrasah-madrasah diniyah di perkampungan mengenalkan kepada peserta didik atau santri pemula tentang ilmu-ilmu dasar seperti sorof, i'lal, terkib, akhlak, fiqih, baca tulis huruf arab, dan sebagainya," kata kiai Ubaid di Semarang, Kamis (20/5).

 

Menurutnya, ilmu-ilmu dasar itu menjadi alat dan bekal utama para santri dalam mendalami lautan ilmu yang terdokumentasikan dalam kitab-kitab kuning di pesantren salafiyah.

 

"Karena itu, sebelum masuk ke pesantren salafiyah calon santri harus sudah punya bekal yang didapat saat belajar di madrasah diniyah. Hal ini akan sangat membantu kelancaran santri saat mengikuti proses pembelajaran di prsantren salafiyah," terangnya.

 

Dia menambahkan, saat ini hanya madrasah diniyah-lah, lembaga pendidikan yang masih mengajarkan dasar-dasar ilmu itu. Karena itu, keberadaan lembaga ini harus tetap dipelihara kelangsungannya sekaligus standar kualitasnya.

 

"Jamiyah NU sangat berkepentingan terhadap kehadiran madrasah diniyah di tengah-tengah masyarakat yang aktivitasnya berlangsung pada siang hari, setelah peserta didiknya menjalani pembelajaran pada pendidikan formal pada waktu pagi hari," ucapnya.

 

Dikatakan, bagi madrasah diniyah yang berada di lingkungan pesantren tidak ada masalah, karena sudah menjadi bagian dari aktivitas formalnya dan tidak ada pihak eksternal yang mengusik.

 

"Maka sangat berbeda dengan posisi diniyah di luar pesantren yang rentan dengan berbagai intervensi dari pihak eksternal seperti yang terjadi beberapa tahun lalu ketika pemerintah akan mewajibkan sistem pendidikan full day school," paparnya.

 

Kalau ini dijalankan lanjutnya, madrasah diniyah kampung tamat riwayatnya. Saat itu nyaris tidak ada pembelaan terhadap diniyah kampung, NU Jateng protes keras dan sempat turun ke jalan. 

 

"Karena itulah kepada MWC dan Ranting NU saya titip, pelihara dan pertahankan kualitas madrasah diniyah di kampung, agar anak-anak kita yang tidak sempat mondok bisa mengenal dan mengamalkan pelajaran agama ala pondok pesantren salafiyah,"tuturnya.

 

Ketua MWCNU Genuk, Kota Semarang KH Shohib Ridwan mengatakan, madrasah diniyah di perkampungan memang harus diperkuat posisinya. Dari rahim lembaga pendidikan inilah akan lahir kader-kader santri dan kiai yang kelak akan menjadi pembimbing masyarakat.

 

"Alhamdulillah di Genuk tidak hanya pengurus MWC dan Ranting NU yang mendukung kelangsungan diniyah, tetapi masyarakatnya juga berpartisipasi," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz