Nasional

Hati Ulama NU Bersama Palestina

Kam, 20 Mei 2021 | 05:00 WIB

Jakarta, NU Online
Intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) Ulil Abshar Abdalla menegaskan, hati ulama NU selalu bersama Palestina. Di antara ulama NU itu adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah menemui Simon Peres dan Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang pernah pergi ke Israel untuk membangun dialog demi mencari solusi atas konflik Israel-Palestina. 

 

"Orang selevel Gus Dur, itu tugasnya memang membangun jembatan. Tetapi hatinya Gus Dur tetap bersama orang Palestina. Jadi jangan dipahami Gus Dur itu berpihak pada Israel," tutur Gus Ulil, saat ditemui di kediamannya, di Pondokgede, Bekasi, pada Ahad (16/5) lalu.

 

Dijelaskan, saat menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta pada 1980-an, Gus Dur menyelenggarakan Malam Puisi Palestina di Taman Ismail Marzuki Jakarta dan mengajak para penyair untuk hadir membacakan puisi, salah satunya adalah KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). 

 

"Jadi, tugas Gus Dur sebagai pemimpin mencari sela-sela untuk solusi. Tapi hatinya tetap bersama warga Palestina," tegas pengampu Ngaji Ihya Online itu.

 

Selain itu, Gus Yahya Cholil Staquf juga pernah pergi ke Israel melakukan dialog untuk mencari solusi perdamaian di Tanah Palestina. Sebagaimana Gus Dur, sekalipun menjalin dialog dengan Israel tetapi hati Gus Yahya juga selalu bersama Palestina.

 

"Jangan dianggap (Gus Yahya) itu pro-Israel, tidak. Saya tahu betul hati Mas Yahya karena dia sepupu saya. Tugas dia kan mencari solusi. Tapi kaidah dasarnya, hati kita bersama Palestina. Begitu," ujar Gus Ulil.

 

Namun sesuatu yang menurutnya keliru adalah jika ada orang-orang Indonesia yang menyalahkan Palestina. Hal itu dianalogikan seperti petani yang sudah tertimpa masalah karena konflik dengan perusahaan lalu terusir dari tanahnya, tetapi masih juga dicari-cari kesalahannya. 

 

"Jadi, jangan menganggap Gus Dur dan Kiai Yahya Staquf berkunjung ke sana itu kontradiksi. Itu nggak. Saya menganggap bahwa ada orang-orang yang levelnya mencari solusi. Karena ada orang-orang yang levelnya mencari terobosan, tapi hatinya tetap bersama Palestina," ucap Gus Ulil.
 

Menurutnya, sikap Gus Dur berkunjung ke Israel sama sekali tidak bertentangan dengan pembelaan terhadap Palestina. Ia mengaku sangat mengetahu bahwa hati Gus Dur bersama orang-orang Palestina.

 

"Problemnya, orang-orang banyak yang menilai tindakan orang-orang besar biasanya berdasarkan tindakan level dia. Jangan dong. Level kamu itu umat, jangan menganggap pemimpin itu seperti kamu. Mereka punya sisi sendiri yang mengharuskan mereka mencari terobosan," kata menantu Gus Mus ini.

 

"Kamu jangan menilai mereka dengan level sendiri. Kalau level kamu memang membela atau simpati kepada Palestina. Tapi orang-orang seperti Gus Dur, Kiai Yahya, Kiai Said, tokoh-tokoh itu yang mampu, tugas mereka mencari terobosan," imbuh Gus Ulil. 

 

Dikatakan, umat seringkali mengukur tindakan para tokoh dan pemimpin berdasarkan ukuran sendiri. Sebab para pemimpin juga memiliki standar tertentu yang mengharuskannya untuk melakukan tindakan yang tidak mungkin bisa dilakukan umat. 

 

"Kalau umat, bersikap hanya sebatas membela Palestina, sudah. Tapi untuk sekelas pemimpin, beda lagi karena punya kewajiban yang lebih dari umat. Jadi, umat jangan mengukur tindakan pemimpin berdasarkan ukuran dia," katanya. 

 

"Tentu saja, ada tindakan-tindakan para pemimpin yang sifatnya umum seperti jujur, amanah, itu pasti. Tapi dalam kasus-kasus tertentu, ada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin yang memang tidak bisa kita nilai berdasarkan standarnya orang awam," pungkas Gus Ulil. 

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan