Kudus, NU Online
Umat Islam harus selalu berusaha syukur kepada Allah supaya dijauhkan dari adzab. Siapapun yang bersyukur akan memperoleh kenikmatan.
<>
Demikian yang disampaikan Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi saat menerangkan secara panjang lebar surat Al Qomar ayat 33-40 dalam pengajian rutin Tafsir Alqur’an Masjid Menara Kudus, Jum’at (31/5).
KH Sya’roni menjelaskan diantara bentuk rasa syukur adalah men-dawam-kan (melanggengkan) sholat lima kali secara tepat waktu setiap hari. Sedangkan yang berkaitan dengan harta benda, umat Islam harus mengeluarkan zakat dari harta dagangan maupun simpanan yang sudah mencapai satu nishob atau 77 gram emas murni.
“Mengeluarkan zakat sudah termasuk bersyukur karena menjadi bukti kita ini tidak medit (kikir),” terang Kiai kharismatik yang biasa disapa Mbah Sya’roni.
KH Sya’roni sebelumnya menerangkan Ayat 33-40 surat al-Qomar yang menceritakan tentang sikap kaum Nabi Luth yang semuanya kafir mempunyai perilaku liwath (suka laki-laki dengan laki-laki). Kalau hal ini dibiarkan, tutur Mbah Sya’roni, Allah akan memberikan adzab kepada kaumnya.
“Kemudian, Nabi Luth memperingatkan akan adzab Allah seraya menawarkan kedua putrinya supaya bisa dinikahi. Namun kaumnya tidak menggubrisnya, bahkan menantang kapan adzab itu datang. Akhirnya Allah menumpas sampai mati kaum Nabi Luth yang kafir termasuk istrinya sendiri,” imbuhnya menceritakan keterangan ayat tersebut.
Terkait istilah adzab, Mbah Sya’roni melarang untuk tidak menyamakan dengan musibah. Menurut keterangannya, adzab hanya diperuntukkan khusus bagi orang kafir sedangkan musibah akan terjadi pada semua umat baik muslim maupun kafir.
“Jadi kita jangan kebablasan menyebut musibah itu adzab. Musibah itu pasti terjadi tetapi jangan dianggap itu adzab,” jelasnya.
Ia menambahkan semakin tinggi derajat seseorang semakin besar pula ujian yang dialaminya. Mbah Sya’roni memberi contoh sosok para nabi menerima ujian yang beragam bentuknya.
“Seperti Nabi Luth bentuknya berupa istrinya seorang kafir, Nabi Ayub terkena penyakit sekujur tubuhnya. Begitu juga, Nabi Yusuf dimasukkan sumur saudaranya dan nabi Ibrahim dibakar raja Namrud,” kata mbah Sya’roni mencontohkan.
Dari sini, ulama kharismatik Kudus ini mengajak muhasabah diri sebagai orang yang hidup pada zaman sekarang dengan selalu berusaha bersyukur. Setelah itu, menata kehidupan masing-masing seraya berdoa memohon kekuatan kepada Allah sebagaimana yang dianjurkan Nabi Muhammad.
Dalam berdo’a, Mbah Sya’roni menerangkan supaya tidak hanya dilafadzkan dalam hati tetapi juga diucapkan dengan lisan. Sebab, hal itu bisa untuk memperkuat sebagai saksi saat dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada hari penghitungan.
“Semua anggota tubuh ini akan dimintai kesaksian terhadap perbuatan yang kita lakukan. Oleh karenanya mengucapkan kebaikan seperti berdzikir maupun berdoa, jangan hanya dibatin saja melainkan diucapkan juga secara lisan juga,” tandasnya.
Pengajian rutin Tafsir Al-Qur’an dilaksanakan setiap Jum’at pagi mulai bakda Shubuh hingga pukul 06.00 WIB. Para jamaah yang mengikuti tidak hanya berasal Kota Kudus saja melainkan juga berasal dari kota-kota sekitarnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor : Qomarul Adib
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua