Daerah

Mustasyar PWNU Aceh Harap Kemenag Aceh Hidupkan Kembali Ruh Ilmu Falak

Jum, 30 Juli 2021 | 13:30 WIB

Mustasyar PWNU Aceh Harap Kemenag Aceh Hidupkan Kembali Ruh Ilmu Falak

Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh Tgk H Abdullah Ibrahim menerima kunjungan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Aceh Iqbal Muhammad.

Pidie Jaya, NU Online

Beragam kecanggihan teknologi mengubah beragam hal dalam bentuk digital, tidak terkecuali hal-hal yang mengenai ilmu falak. Ponsel umat Islam saat ini sudah bisa dilengkapi dengan aplikasi waktu shalat. Setiap kali waktu shalat tiba, ponsel akan berbunyi mengingatkan pemiliknya. Meskipun demikian, keilmuan falak tentu tidak boleh untuk ditinggalkan.


Karenanya, Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh Tgk H Abdullah Ibrahim menyampaikan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu untuk terus menghidupkan ilmu falak. Hal itu ia sampaikan saat Kepala Kantor Wilayah Kemenag Aceh Iqbal Muhammad silaturahmi ke kediaman ulama Falak Aceh itu.


"Kini dengan kecanggihan teknologi juga adanya aplikasi penunjuk arah kiblat. Cukup dengan membuka aplikasi melalui ponsel dan arahkan ponsel ke berbagai penjuru untuk mencari kiblat. Jika sudah muncul gambar Kabah di layar, ke sanalah, kiblat mengarah. Maraknya aplikasi digital mengenai ilmu falak tidak berarti harus menghentikan pembelajaran ilmu yang mulai langka dipelajari itu," ungkap ulama yang akrab disaapa Abu Tanjong Bungong itu kepada rombongan Kakanwil Kemenag Aceh, Rabu, (28/7).


Abu Tanjong Bungong berharap kepada Kementerian Agama Provinsi Aceh dapat menghidupkan kembali ilmu falak dan menjadikannya kembali sebagai prioritas dalam khazanah keilmuan di dunia pendidikan, terutama kalangan pesantren dan dayah.


"Sangat penting ilmu falak dan pembelajaran ilmu falak tetap penting dan harus terus dikembangkan. Khazanah keilmuan harus tetap dikembangkan," lanjut pimpinan Dayah Babul Ulum Diniyah Islamiah (BUDI), Tanjong Bungong, Bandar Dua, Pidie Jaya itu.


Menanggapi permintaan Abu Tanjong Bungong, Iqbal Muhammad menjelaskan pihaknya akan berupaya dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam membumikan ilmu falak baik di kalangan dayah maupun kalangan akademisi.


Lebih lanjut, pria yang pernah menjadi Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pidie Jaya itu menyebutkan bahwa dari benda-benda langit yang selalu berjalan pada lintasan atau orbitnya, maka kita dapat mengetahui letak antara benda langit yang satu dengan benda langit yang lainnya dan juga untuk mengethui waktu-waktu di permukaan bumi.


"Ilmu ini disebut juga ilmu hisab karena ilmu ini mengandung benyak perhitungan, ada juga yang menyebutnya dengan ilmu rashd karena ilmu ini memerlukan pengamatan dan observasi, sering juga disebut sebagai ilmu Miqat karena ilmu ini membahas tentang batasan-batasan waktu. Dari beberapa istilah di atas yang paling popular di kalangan masyarakat adalah "Ilmu Falak" dan Ilmu Hisab," jelas peraih gelar doktor dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh itu.


Ilmu hisab, lanjut Iqbal, lebih popular di kalangan masyarakat karena sebagian kegiatan yang paling menonjol di dalamnya adalah perhitungan-perhitungan, baik perhitungan arah kiblat, awal bulan gerhana, ataupun yang lainnya.


"Khazanah keilmuan dunia falak pada dasarnya menggunakan dua pendekatan dalam mengetahui waktu-waktu ibadah dan posisi benda-benda langit, yakni pendekatan hisab (perhitungan) dan pendekatan rukyat (pengamatan) benda-benda langit, karenanya terkadang disebut juga dengan ilmu hisab rukyat," ujar wakil ketua PWNU Aceh itu.


Informasi yang dihimpun NU Online, Abu Tanjong Bungon termasuk salah satu ulama yang menguasai ilmu falak (astronomi) secara mendalam. Tak sedikit ulama Aceh harus merujuk kepadanya, baik dalam menentukan arah kiblat maupun dalam penentuan hari pertama Ramadhan dan Syawwal setiap tahunnya.


Abu Tanjong Bungong lahir pada 7 Muharram 1359 H. atau akhir tahun 1940 M, di Desa Tanjong Bungong, Ulee Gle, Kecamatan Bandar Dua, Pidie Jaya (sebelumnya Kabupaten Pidie). Beliau merupakan putra Tgk. H. Ibrahim bin Muhammad. Orang tuanya berasal dari Panteue Brueh, Tanah Luas Aceh Utara, yang kemudian kawin ke Ulee Gle dan mendirikan dayah Tanjong Bungong di Ulee Gle Kecamatan Bandar Dua.


Abu Tanjong Bungong mendalami ilmu falak atau astronomi ini pada Tgk Muhammad Isa  Peureupok Samtalira Aron Aceh Utara, yang merupakan seorang ulama terkenal dalam ilmu falak. Kemudian pendalaman ilmu falak ini dilanjutkan Tgk Abdullah pada Tgk Ali Muda, pengajar Universitas Islam Sumatera Utara di Medan.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Syakir NF