Daerah

Muslimat NU Jember Bergerak Cepat Sumbang Korban Banjir Sungai Bedadung

Ahad, 31 Januari 2021 | 01:15 WIB

Muslimat NU Jember  Bergerak Cepat  Sumbang  Korban Banjir  Sungai Bedadung

Foto salah satu rumah warga di Jember yang hancur diterjang banjir, Jumat (29/1). (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Jember Jawa Timur bergerak cepat melakukan aksi sosial menyusul terjadinya banjir  akibat meluapnya air sungai Bedadung, Jumat (29/1). Sejumlah pengurus PC Muslimat NU Jember langsung mendatangi korban yang rumahnya roboh diterjang banjir untuk memberikan bantuan. Ada empat titik yang  dikunjungi Muslimat NU Jember untuk dberikan bantuan yang berupa nasi kotak, air mineral, mie insan, minyak goreng dan uang.


Keempat titik itu adalah rumah di perumahan timur makam pahlawan, belakang Diploma Universitas Jember, gladak Kembar, dan timur kantor Kementerian Agama Jember  (Kepatihan). Semua rumah di empat titik itu memang terletak di bantaran sungai Bedadung.


“Kami turut bersimpati atas musibah yang mendera saudara-saudara kita,” ucap Ketua PC Muslimat NU Jember, Nyai Hj. Emi Kusminarni di sela-sela kunjungannya kepada korban banjir, Sabtu (30/1).


Menurutnya, bantuan tersebut tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaan korban akibat bencana banjir yang telah merobohkan rumah mereka. Tapi paling tidak, para korban tidak merasa sendiri karena masih banyak orang yang bersimpati untuk memberikan doa dan bantuan.


“Selain butuh doa, mereka juga sangat butuh  bantuan materi secepatnya, terutama terkait dengan kehidupan sehari-hari dan penyediaan tempat  tinggal sementara yang layak,” terangnya.


Mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) IPPNU Jember itu meminta pihak-pihak terkait agar  dalam jangka panjang memikirkan relokasi untuk mereka, khususnya yang bertempat tinggal di bantaran sungai. Sebab, selama rumah mereka masih berada di tempat yang sama, maka mereka akan menjadi pelanggan setia banjir.


“Untuk ke depannya, mungkin Pemkab Jember perlu mencari jalan keluar, misalnya merelokasi rumah para korban banjir,” jelasnya.
 

 

 

Sementara itu, salah seorang korban banjir di Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Ibu Sholihin menyatakan bahwa banjir yang telah meluluhlantakkan rumahnya itu adalah banjir terbesar dalam 15 tahun terakhir. Diakuinya, banjir memang kerap datang, tapi tidak sedahsyat yang terjadi kali ini.


“Ini sungguh luar biasa, menakutkan. Bunyinya (banjir) saja sudah seperti itu, menderu,” jelasnya


Ia mengaku tidak menyangka bahwa banjir tersebut akan menggerus rumahnya. Sebab, banjir sudah biasa datang setiap musim penghujan. Namun ternyata, banjir kali ini begitu dahsyat, menakutkan hingga mendirikan bulu kuduk.


“Betul kami merinding dibuatnya, arus sungai begitu deras dan besar, bunyinya bikin kami takut,” ucapnya.


Banjir  tersebut terjadi setelah selama 3 hari matahari hampir tak pernah kelihatan, mendung terus disertai hujan rintik dan terkadang lebat. Sejak Jumat (29/1) sore, debit air sungai Bedadung cukup besar, dan terus membesar hingga malam. Bahkan ketinggian air di Jembatan Baratan (sebelah barat Pesantren Nuris, Antirogo, Jember) hampir mencapai badan jembatan. Jembatan tersebut langsung ditutup oleh polisi agar tidak dilewati kendaraan karena khawatir ambruk. Pada saat yang sama polisi juga menutup jembatan sebelah gladak Kembar karena juga dikhawatirkan runtuh.


Beberapa rumah di sepanjang daerah  aliran sungai Bedadung tergilas banjir.  Sebagian rumah jebol temboknya, sebagian yang lain bahkan ambruk.  Isi rumah seperti lemari,kulkas, televisi dan sebagainya tumpas terbawa banjir.


Plt. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Heru Widagdo mengatakan, banjir tersebut menghantam 13 desa dan kelurahan yang tersebar di tujuh kecamatan. Sebanyak 436 rumah warga, satu fasilitas pendidikan dan dua fasilitas ibadah terkena dampak banjir.


“Data sementara seperti itu. Petugas masih terus mendata," ujarnya, Sabtu (30/1).


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin