Daerah

Maksimalkan Ramadhan, Raih Lailatul Qadr

NU Online  ·  Ahad, 27 Mei 2018 | 22:30 WIB

Maksimalkan Ramadhan, Raih Lailatul Qadr

KH Ridwan Syu'aib, Rais Syuriyah PCNU Pringsewu, Lampung

Pringsewu, NU Online
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia. Kemuliaan Ramadhan adalah karena adanya puasa dan beberapa amaliah yang hanya ada di bulan ini seperti ibadah shalat tarawih dan berbagai peristiwa penting didalamnya. Sampai-sampai Allah SWT menjanjikan bahwa balasan bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan akan ditentukan oleh Allah sendiri. Berbeda dengan ibadah lainnya.

“Jika ibadah lain balasannya adalah surga. Balasan orang puasa bukan surga. Tapi Allah lah yang akan menentukan sendiri. Tentunya lebih dari surga. Hanya Allah yang tahu,” demikian penjelasan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung, KH Ridwan Syu’aib saat menjadi pemateri pada Ngaji Ahad (Jihad) di aula gedung PCNU Pringsewu, Ahad (27/5) sore.

Lebih lanjut Abah Ridwan, begitu ia biasa disapa menjelaskan beberapa peristiwa penting yang ada pada bulan Ramadhan di antaranya turunnya Al-Qur’an dan adanya malam lailatul qadr yang lebih utama dari seribu bulan.

“Al-Qur’an diturunkan langsung seluruhnya dari lauhil mahfudz ke langit tingkat tujuh. Lalu dari langit diturunkan kedunia berdasarkan situasi dan kondisi serta kebutuhan perjuangan Nabi Muhammad SAW,” jelasnya berdasarkan rujukan Kitab Tafsir Showi.

Sementara malam lailatul qadr lanjutnya adalah malam pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan yang lebih utama dari seribu bulan. Lailatul qadr adalah waktu yang sangat spesial karena hanya diturunkan dan diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW.

“Semua malaikat akan turun ke bumi dan berkumpul menjalankan tugasnya masing-masing. Termasuk malaikat hasil tetesan air saat kita berwudhu juga akan berkumpul,” terangnya.

Untuk menggapai keutamaan ini, Rasulullah SAW telah mencontohkan langsung dengan selalu menghidupkan amaliah pada sepuluh malam terakhir baik itu malam ganjil maupun malam genap. Rasulullah bergegas ke Masjid untuk beri’tikaf (berdiam diri) di Masjid dengan keluarganya.

Adapun tanda-tanda alam dari malam lailatul qadr jelasnya adalah suasana cerah di malam hari dengan suhu yang tidak panas juga tidak dingin. Malam tersebut juga tidak diselimuti awan dan hujan serta pada siang harinya sinar matahari tidak terasa panas.

“Perbanyak ibadah setiap sepuluh malam terakhir karena kita tidak tahu kapan malam ganjil dari bulan Ramadhan dimana akan diturunkannya lailatul qadr,” imbaunya.

Diantara ibadah yang bisa dilakukan pada sepuluh malam terakhir adalah melaksanakan shalat seperti shalat taubat, shalat hajat yang dirangkai dengan sujud syukur, shalat tahajud, dan mendekatkan diri kepada Allah melalui bacaan-bacaan dzikir. (Muhammad Faizin)