Daerah

Lima Kekuatan yang Harus Dimaksimalkan NU Jelang Satu Abad

Sab, 20 November 2021 | 18:58 WIB

Lima Kekuatan yang Harus Dimaksimalkan NU Jelang Satu Abad

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung Prof Mohammad Mukri . (Foto: NU Online/Faizin)

Bandarlampung, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung, Prof Mohammad Mukri, mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga alasan besar berdirinya Nahdlatul Ulama yakni alasan agama, Aswaja, dan negara. Tiga alasan ini telah menjadikan ormas terbesar di Indonesia berandil besar dalam mewarnai perjalanan bangsa Indonesia.


Untuk terus mempertahankan dan memperkuat posisi ini, lanjut dia, Nahdlatul Ulama harus memaksimalkan lima kekuatan utama yang bisa menjadi kekuatan luar biasa. Pertama, para kiai, santri, dan alumni pesantren. Kekuatan ini menjadi sumber moralitas dan sumber kebijakan bagi masyarakat banyak.


“Kedua adalah para intelektual NU yang ahli dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Kemudian, kekuatan ketiga NU saat ini ialah para pengusaha NU yang semakin banyak,” kata Prof Mukri kepada NU Online, Sabtu (20/11/2021).


Kekuatan keempat, menurut pria yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung ini, adalah kader NU yang menjadi birokrat dan telah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kemudian kekuatan kelima adalah para kader yang ada dalam dunia politik dan tersebar di berbagai partai politik di Indonesia serta mengisi posisi-posisi strategis.


Selain itu, Prof Mukri juga menyebut bahwa bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki Nahdlatul Ulama dan juga ormas moderat lainnya seperti Muhammadiyah yang menjadi penyejuk dan pemecah masalah dari berbagai permasalahan bangsa.

 

“Jika di antara keduanya (NU-Muhammadiyah) tidak ada masalah, selesailah minimal setengah dari persoalan bangsa ini,” ungkap Prof Mukri.


Ia mengatakan, seandainya bangsa Indonesia tidak memiliki NU dan Muhammadiyah, bisa dipastikan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme bisa tumbuh subur dan menggangu kehidupan berbangsa dan bernegara. NU, menurut dia, mampu meramu prinsip beragama dan berbangsa dalam satu tarikan nafas.

 
“Seseorang tidak pantas mengklaim dirinya sebagai muslim yang kaffah jika hanya mengedepankan ibadah ritual yang berisi doktrin-doktrin agama, serta membangga-banggakan Islam transnasional saja,” ungkapnya.


Islam, menurut dia, hadir untuk menyeimbangkan dan mewujudkan misi Rahmatan lilalamin dengan tidak baku dan kaku namun luwes dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat.


Sehingga menurut Rektor UIN Raden Intan Lampung ini, Muktamar Ke-34 di Lampung menjelang satu Abad umur NU, menjadi momentum tepat dalam penguatan organisasi. Muktamar kali ini harus mampu membuahkan keputusan-keputusan strategis yang akan memberi panduan saat menapaki abad kedua NU.


“Satu abad penting karena sebagai titik pijakan historis baru dari organisasi ini, yang tentu berbeda situasi dan tantangan saat didirikan,” ungkapnya.


Tantangan yang akan dihadapi NU juga tentu akan berbeda dan semakin beragam di antaranya terkait dengan kecepatan informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi kerakyatan, dan perubahan cepat masyarakat.


Ia menambahkan, kebutuhan umat saat ini dan mendatang juga bukan hanya soal agama semata. namun kebutuhan ekonomi, teknologi, pendidikan, sejenisnya juga perlu diperkuat. Hasil Muktamar Ke-34 diharapkan mampu menjawab tantangan ini semua.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori